ISTAMBUL (voa-islam.com) - Perdana
Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, mengukir sejarah dalam karir politiknya. Di
mana mantan Walikota Istambul itu, tak tertandingi lagi oleh kandidat lainnya,
dan populeritasnya yang tinggi dikalangan rakyat Turki, nampaknya dia akan
menjadi presiden pertama Turki yang dipilih secara bebas, Minggu, 9/8/2014.
Para pendukung Erdogan melihat
bangkitnya dukungan rakyat sebagai puncak prestasinya membangun kembali Turki
di era perubahan global, dan menempatkan Turki sebagai kekuatan Eropa baru.
Erdogan mengangkat kembali martabat dan keunggulan Turki diantara bangsa-bangsa
Eropa.
Hanya dalam satu dekade sebagai
perdana menteri, ia menyingkirkan semua warisan dan dominasi yang pernah
dibangun oleh kaum Kemalis, sejak kelompok sekuler yang dipimpin Mustafa Kemal
Ataturk mendirikan republik modern, sesudah menghancurkan Khilafah Ottoman pada
tahun 1923.
Memang, Erdogan masih sering
mengatakan tentang warisan sekulerisme yang dibangun oleh Kemal Ataturk, dan
visinya tentang Islam yang akan dia wujudkan dalam pembangunan Turki di
masa depan sampai tahun 2023.
Perlahan-lahan sekulerisme yang
sudah berumur 100 tahun akan tenggelam oleh bangkitnya rakyat Turki yang
kembali kepada masa lalunya, yaitu Islam. Erdogan tidak pernah menutupi
terhadap masa lalu Turki yang pernah menjadi imperium Islam, Turki Otttoman.
Ruh kebesaran masa lalu Turki sebagai imperium Islam itu, yang terus memberikan
inspirasi kepada Erdogan. "Dengan asumsi bahwa Erdogan
menang, apa yang akan kita lihat awal lahirnya dari sebuah era
baru," kata Marc Pierini, mantan Duta Besar Uni Eropa untuk Turki,
dan anggota ‘think-thank’ di Carnegie Eropa.
Selama ini, presiden Turki
dipilih oleh parlemen, tetapi di bawah undang-undang baru, sekarang presiden
dipilih langsung oleh rakyat. Presiden memiliki masa jabatan selama lima tahun.
Sekalipun belum selesai penghitungan suara, kemungkinan dengan populeritas
Erdogan, dan dukungan rakyat Turki yang besar, Erdogan akan menjadi presiden
Turki lima tahun mendatang. Turki melarang publikasi jajak
pendapat sebelum pemungutan suara, tapi dua survei bulan lalu menurunkan
laporannya, bahwa dukungan Erdogan antara, 55-56 persen.
Erdogan menggungguli 20 poin
dari kandidat oposisi utama, yaitu Ekmeleddin Ihsanoglu, yang sekarang menjadi
Sekjen OKI (Organisasi Konferensi Islam), dan dengan dukungan suara yang
dipereloh itu, Erdogan sudah cukup mengamankan mayoritas sederhana yang
dibutuhkan untuk menang di babak pertama. Sementara itu, Selahattin Demirtas,
kepala sayap kiri pro-Kurdi Partai Rakyat Demokratik, menempati posisi
ketiga.
Dengan kemenangannya itu, parlemen
memberinya wewenang mengadakan pertemuan kabinet, serta menunjuk
perdana menteri, dan anggota badan legitimasi peradilan Turki, termasuk
mahkamah konstitusi dan dewan tertinggi hakim.
"Ketika seorang seperti Erdogan
menjadi presiden terpilih pertama dengan populeritas yang tinggi, bahkan jika
konstitusi tetap tidak berubah, itu berarti Turki telah beralih ke sistem
semi-presidensial," kata seorang pejabat senior dari putusannya AK Party.
"Mulai Minggu ini akan ada sistem baru", tambahnya.
Era Baru
Kemenangan Erdogan menandai tetap
adanya kepercayaan dan dukungan rakyat, sesudah kekacauan yang luar biasa
selama hampir satu tahun, dan selama satu tahun itu sebagai masa yang
paling sulit bagi Erdogan.
Kemenangan Erdogan ini berarti
menggambarkan bangkitnya kembali dukungan rakyat terhadap mantan walikota
Istambul, sesudah kerusuhan musim panas yang hebat di Gezi. Di mana Erdogan dan
pemerintahannya nyaris hancur, akibat tuduhan dugaan skandal korupsi, yang
ditudukan oleh ulama yang menetap di Amerika Serikat, Fethullah Gulen.
Erdogan menuduh Gulen, di mana
jaringan pengikutnya yang memegang pengaruh di kepolisian dan peradilan,
menggunakan isu "skandal korupsi", serta berusaha menggulingkannya.
Timothy Ash, direktur
penelitian pasar negara-negara berkembang di Standard Bank di London,
membandingkan keterampilan politik dengan para pemimpin Amerika dan Inggris
masa lalu dengan Erdogan.
"Jangan pernah bertaruh melawan
Erdogan, karena ia pemimpin politik yang brilian - Erdogan adalah Bill
Clinton atau Tony Blair Turki dalam hal kemampuan mereka membentuk kepercayaan
mayoritas bangsa," kata Ash dalam catatannya tentang Erdogan.
Pasar keuangan Turki menyambut
positif atas kemenangan Erdogan, dan ini sebagai sebagai tanda adanya
keberlanjutan kebijakan ekonomi Turki. Sejak berdirinya Partai AK pada tahun 2001,
Erdogan telah membawa pertumbuhan yang sangat pesat dan stabilitas
ekonomi Turki, sesudah menghadapi kekacauan ekonomi yang sangat parah di masa
lalu.
Pejabat senior AK mengatakan menteri
luar negeri Ahmet Davutoglu, yang memiliki dukungan kuat dalam Partai AKP yang
menjadi tangan kanan Erdogan dalam kebijakan luar negeri, kemungkinan akan
menggantikan Erdogan.
Nampaknya dengan memanfaatkan
"Demokrasi menjadi tulang punggung kesuksesan kami," katanya kepada
Reuters dalam sebuah wawancara pada hari Rabu. "Seorang presiden yang
populer, dan terpilih akan menjadi dasar yang kuat bagi dukungan partai
kami, dan menjadi pelayan yang baik bagi rakyat, serta semua ini akan
memotivasi kita ... Seharusnya tidak akan ada kekhawatiran tentang masa depan
Turki”, ungkap Davotoglu.
Erdogan menjadi tokoh paling penting
di Dunia Islam, perhatiannya yang sangat besar terhadap bangsa-bangsa Muslim di
seluruh dunia, terutama Muslim di Gaza yang dihancurkan oleh Zionis-Israel.
Erdogan berhadapan dengan Amerika
dan Zionis-Israel, tanpa ragu, dan menuduh Zionis-Israel sebagai Hitler dan
Nazi yang melakukan ‘holoucust’ terhadap bangsa Palestina di Gaza. Satu-satunya
negara yang pemimpin dan rakyatnya yang menaruh perhatian sangat besar terhadap
rakyat Palestina hanyalah Turki.
Turki dengan penduduk 85 juta jiwa,
dan 99 persen Muslim Sunni, dan Turki dibawah Erdogan akan menjadi faktor
penting bagi dunia Islam. Erdogan bukan hanya berhasil menempatkan pada posisi
bangsa Turki yang sangat bermartabat dan terhormat di di mata para pemimpin
dunia, tetapi Erdogan juga berhasil menjadi katalisator antara Dunia Islam
dengan Barat.
Erdogan dan Turki mewarisi kebesaran
masa lalu yaitu Khilafah Ottoman, dan ini menjadi modal Erdogan dan bangsa
Turki, memimpin kembali masa depan dunia, dan Dunia Islam. Islam di Turki terus
berkembang, dan pengaruh Islam semakin kuat, bukan hanya di Turki, tetapi di
Eropa, termasuk di negara-negara Balkan, yang pernah menjadi bagian Khilafah
Ottoman.
Turki dibawah Erdogan menjadi fokus
perhatian seluruh pemimpin dunia atas kemampuannya membawa negara Muslim itu,
sebagai kekuatan baru di tengah-tengah kekacauan yang luar biasa di seluruh
Dunia Islam sekarang ini. Wallahu’alam.
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/opini/2014/08/09/32108/erdogan-menjadi-pemimpin-sejati-umat-islam-sedunia/#sthash.VihbHtkx.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar