Sabtu, 31 Oktober 2015

Peralihan Politik Oportunis Pragmatis Ke Politik Etis

Kamis, 12 Februari 2015

Tata Wilayah dan Kota Jakarta Pasca Banjir Teguh Kurniawan Dialog “Indonesia Siang”, TVRI Nasional, Kamis, 24 Januari 2013


Tata Wilayah dan Kota Jakarta
Pasca Banjir

Teguh Kurniawan
Dialog “Indonesia Siang”, TVRI Nasional,
Kamis, 24 Januari 2013



1.    Dampak Tata Kota yang buruk terhadap aspek sosial ekonomi.


  • Kota sebagai mesin pertumbuhan ---> daya saing kota ---> kota berkelanjutan (keseimbangan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan sosial dan pembangunan lingkungan).
  • Perlu ditata sehingga masyarakat dapat sejahtera berkelanjutan---> daya dukung ekologis perlu diperhatikan.
  • Kota berkelas dunia ---> kota yang layak huni, nyaman, kompetitif.
  • Ecopolis ---> kota yang bertanggungjawab, kota yang berkehidupan, kota yang partisipatif.
  • Dampak ekonomi dari berbagai masalah yang muncul ---> macet (43 trilyun /thn), banjir 2002 & 2007 (37 trilyun).


2.        Tata Wilayah dan kota Jakarta dahulu dan kini


  • Urbanisasi memberikan dampak besar terhadap kebutuhan dan penggunaan ruang (lihat pola pemanfaatan ruang dari tahun ke tahun).
  • Urbanisasi yang tidak terkendali memberikan kontribusi terhadap timbulnya berbagai bencana termasuk banjir (lihat penyebab banjir dan berbagai kajian tentang banjir.


3.        Evaluasi perencanaan tata wilayah Ibukota

  •  Inkonsistensi pembangunan dengan tata ruang dan berbagai aturan yang lain ---> membangun tidak pada tempatnya, konstruksi bangunan yang tidak sesuai aturan dan juga amdal---> corrupting behaviour.
  • Pengaturan yang belum memadai (fungsi regulasi dan instrumen pembangunan harus lebih dominan dibanding fungsi budget --> lihat Perda tentang Pajak air Tanah).

4.    Peran pemerintah pusat, pemda, swasta, dan masyarakat

a.      Pemerintah (Pusat/Daerah):


  • RTR yang berkelanjutan.
  • Pengaturan dan penerapan aturan secara konsisten (pengendalian penggunaan air tanah, pembuatan gedung dan infrastruktur, RTR)---> fungsi regulasi dan instrumen harus lebih dominan (sanksi yang tegas dan tidak hanya administratif).
  • Pengendalian banjir dan instrusi air laut.
  • Penyediaan fasilitas publik yang memadai (air bersih, transportasi).
  • Program pengawetan air.


b.      Swasta:


  • Pelaksanaan aktivitas bisnis yang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (ramah lingkungan, amdal)


c.       Masyarakat:


  • Melaksanakan aktivitas yang berwawasan lingkungan (hemat, menjaga kebersihan)


5.        Penyebab Banjir

a.      Faktor alami
    •  Hidrologis --> curah hujan yang tinggi.
    • Topografi (dataran rendah)--> di bawah permukaan air laut.
    • Perlintasan sungai --> daerah hilir -->13 sungai.
    • Penurunan tanah secara alami.
    • Air pasang--> laut

b.    Faktor buatan (anthropogenic)

    • Penggunaan lahan --> pertumbuhan wilayah kota yang tidak terkontrol.
    • Berkurangnya daerah resapan (penyimpan) air di wilayah hulu--> banyaknya pembangunan villa, perubahan fungsi situ/waduk/danau --> RENDAHNYA DAYA SERAP AIR DI HULU.
    • Infrastruktur pengendali banjir dan perawatannya yang tidak memadai (sistem drainase, pompa) --> KECILNYA DAYA TAMPUNG DIHILIR.
    • Pendangkalan sungai akihat sampah dan pemukiman liar.
    • Berkurangnya daerah resapan.
    • Berkurangnya luas situ/waduk/rawa--> daerah resapan air.
    •  Penurunan permukaan tanah --> akibat penyedotan air tanah --> cekungan --> bervariasi menurut waktu dan lokasi, rata-rata 1-15 cm/thn-->  sejumlah kecil lokasi memiliki tingkat penurunan diatas 20-28 cm/thn.
    • 40% permukaan tanah yang berada di bawah permukaan laut.
    • Kapasitas drainase -->limpasan air.
    • Kondisai DAS + Permukaan lahan.
    • Rekayasa Teknik Lingkungan, Perombakan drainase dan pengurangan urbanisasi

6.        Perencanaan Kota

a.      Perencanaan dengan komponen geografis yang memiliki sasaran untuk menyediakan struktur spasial dari aktivitas (penggunaan lahan) secara lebih baik
b.      Memberikan perhatian kepada dampak secara spasial dari berbagai permasalahan serta koordinasi spasial dari berbagai kebijakan
c.       3 dimensi:
  • Pola kota (masyarakat, struktur, fungsi) 
  •  Aliran kota (informasi, SDA, infrastruktur dan teknologi) 
  • Kualitas kota

d.      Abidin, Hasanuddin Z, et al, 2011, “Land Subsidence of Jakarta (Indonesia) and its relation with urban development”, Net Hazard, 59, pp 1753-1771 --> Kajian 2009
  • Penurunan tanah bervariasi menurut waktu dan lokasi, rata-rata 1-15 cm/thn--> sejumlah kecil lokasi memiliki tingkat penurunan diatas 20-28 cm/thn.
  •  4 tipe penurunan tanah yang terjadi: akibat ekstraksi air tanah; beban konstruksi; konsolidasi alami dari tanah aluvial; tektonik.
  • Variasi spasial dan temporal dari penurunan tanah berhubungan erat dengan ekstraksi air tanah serta karakteristik lapisan sedimen dan beban bangunan di atasnya









Gambar1. Perkembangan Daerah Terbangun di Jakarta dan Sekitarnya
                                                                                        
 
Djakapermana, 2008, dalam Abidin et al, 2011

e.      Ward, PJ et all, 2011, “Coastal Inundation and damage exposure estimation: a case study for Jakarta”, Nat Hazard, 56, pp 899-916 --> kajian 2010

  • F Estimasi kerusakan pada kejadian banjir ekstrim dengan periode pengulangan 100 dan 1000 tahun adalah tinggi (4 juta dan 5,2 trilyun Euro).
  • Dengan skenario ini, pada 2100, kemungkinan kerusakan akan meningkat dengan faktor 4-5 dengan perbedaan yang kecil antara skenario kenaikan permukaan air laut yang rendah/tinggi.
  • Peningkatan ini terjadi karena tingkat penurunan tanah yang tinggi dan melupakan pembangunan sosial ekonomi.
  • Perlunya perhatian khusus terhadap masalah penurunan tanah untuk menghindari bencana di masa depan.



Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan


f.          Texier, Pauline, 2008, “Floods in Jakarta: when the extreme reveals daily structural constraints and mismanagement”, Disaster Prevention and Management, 17 (3), pp 358-372

  • Faktor manusia dominan dalam menjelaskan besarnya banjir di tahun 2007.
  • Urbanisasi ikut bertanggungjawab atas kejadian banjir karena menutup permukaan tanah (waterproofing the soils)-->limpasan air meningkat.
  • Masyarakat dari daerah miskin ilegal yang paling terkena dampak.
  • Perilaku mereka dan strategi mereka sanagt ditentukan oleh hambatan sehari-hari yang mereka hadapi (kemiskinan, buang sampah sembarangan )









g.      Pola Hidrologis dan DampaknyaPola Hidrologis dan Dampaknya
 
BMG, Cliliwung Cisadane Project dan Tempo, 2007 dalam Texier, 2008BMG, Cliliwung Cisadane Project danTempo, 2007 dalam Texier, 2008

Siswanto, Bambang, 2011, “Evaluasi Kebijakan Pengambilan dan Pemanfaatan Air Tanah di Provinsi DKI Jakarta”, Tesis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

  • Kapasitas produksi dan distribusi PAM DKI Jakarta yang relatif tetap, di sisi lain pertumbuhan jumlah penduduk, urbanisasi, perkembangan bisnis, industri, dan sektor pelayanan publik terus meningkat, menyebabkan pengambilan dan pemanfaatan air tanah terus meningkat.
  • Pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Provinsi DKI Jakarta diduga telah sampai pada tahap yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan muka air tanah, amblesan, dan intrusi air laut.
  • Faktor lain yang menyebabkan terjadinya kecenderungan pemanfaatan air tanah di Provinsi DKI Jakarta adalah: (1) harga perolehan air tanah yang jauh lebih murah dibandingkan tarif pemakaian air Perusahaan Air Minum (PAM) DKI Jakarta; (2) pemompaan air tanah sifatnya in-situ sehingga ketersediaannya tidak tergantung pihak lain dan membuat ketersediaan air lebih terjamin; (3) rejim pengelolaan air tanah yang secara “de facto” merupakan “open access”; dan (4) implementasi dan penegakan peraturan perundangan yang masih belum optimal.
  • Kenaikan pajak air tanah signifikan menurunkan pengambilan dan pemanfaatan air tanah pada sumur-sumur yang terletak di dalam jangkauan pelayanan PAM DKI Jakarta, tetapi tidak signifikan menurunkan pemakaian air tanah di luar area pelayanan perusahaan tersebut. Setelah kenaikan pajak air tanah, biaya perolehan air tanah untuk semua kelompok pelanggan dan besaran pemakaian lebih besar dibandingkan biaya perolehan air bersih yang disediakan oleh PAM DKI Jakarta

Senin, 08 September 2014

Presidennya Jokowi, Benarkah Akan Melepas Papua Untuk Merdeka? Berapa Provinsi Lagi Yang Juga Akan Merdeka Nantinya?


Menteri Luar Negeri Federasi Papua Barat Jacob Rumbiak menyarankan Indonesia segera memberikan pengakuan terhadap kedaulatan Papua.

Dia beralasan cara ini jauh lebih baik ketimbang memakai referendum untuk mengetahui keinginan rakyat Papua. Apalagi jika tetap ngotot mempertahankan Papua dalam wilayah Indonesia. Korban bakal terus berjatuhan karena perlawanan tidak akan pernah berakhir.

Berikut penuturan Jacob Rumbiak saat dihubungi 
Faisal Assegaf  melalui telepon selulernya Rabu lalu. 

Papua tidak mungkin merdeka tanpa dukungan Amerika sebab di sana ada Freeport. Bagaimana sikap terakhir Amerika terhadap gerakan Papua merdeka?

Sebenarnya, itulah. Itu menyebabkan saya pikir Papua dengan Indonesia perlu bicara. Sebab Amerika menggunakan pemerintah Indonesia sebagai pengawalnya untuk melindungi kepentingan kapitalis. Indonesia hanya dapat berapa persen? Saya pikir 10 persen saja toh? Indonesia hanya dapat sedikit kan? 

Papua dengan Indonesia akan kita atur baik, akan kita bagi lah. Kalau memang Freeport jadi tempat Amerika gunakan tangan Indonesia supaya kepentingannya jalan, itu kita sebaiknya atur saja supaya hasil dari Freeport bisa dinikmati oleh orang Indonesia dan orang Papua. Kita atur bagi hasil berapa persen. 

Karena Papua bukan saja tembaga. Sebab di Papua tambang terbesar itu ada emas, minyak, gas, uranium ada di sana. Makanya itu saya sering berpikir hanya karena kepentingan kapitalisme saja kok membuat saudara saya dari Indonesia dengan Papua harus saling membunuh. Karena itu kan tidak bagus. 

Kita harus berpikir sehat supaya tidak hanya kepentingan ekonomi. Kenapa Indonesia dan Papua tidak bicara baik-baik saja sehingga kita dapat lebih banyak sebab kita punya. Kalau Indonesia dan Papua bisa bekerja sama di mana kita kontrol seluruh ekonomi, kita akan menjadi tuan. 

Kita akan menjadi pihak penentu di dunia. Kita akan kendalikan kapitalisme Amerika atau Barat. Saya pikir ini kita harus bicara sekarang.

Soal Papua dengan Amerika tadi Anda sebut, itu sangat tergantung dari Indonesia. Kalau Indonesia masih tetap melepaskan, membiarkan Amerika menjadi tuan terus mengontrol Freeport sehingga Papua terus ditimpa begitu. Indonesia pun sama, di bawah ketiak kapitalisme sampai kekayaan habis kemudian baru mereka lepas. Seperti di Afrika. Semua kekayaan di Afrika sudah habis, baru Inggris, Prancis, Portugis kasih kemerdekaan. 

Memangnya berapa konsesi mau dikasih Papua lewat Freeport kalau Indonesia mau kasih kemerdekaan?

Jelas kita kasih, saya sendiri ada di situ. Saya akan lebih banyak berbicara dengan semua pemimpin. Artinya, pemerintah dan parlemen itu jelas memiliki standar pembagian untuk kedua negara. Kita bisa atur 40 persen (Indonesia) dan 60 persen (Papua) atau 52 persen (Papua) dan 48 persen (Indonesia). 

Kenapa tidak? Kita akan bicara soal bagi hasil. Itu sudah jelas. Papua punya tanggung jawab moral untuk harus berbicara baik-baik sehingga kedua pihak sama-sama untung.

Jadi kemerdekaan itu bukan salah satu kalah, bukan salah satu menang, tapi bagaimana kita akan mendapat keuntungan sama. Tidak ada lebih, tidak ada kurang. Itu jelas kebijakan dari pembicaraan beberapa teman dalam pemerintahan federal lahir lewat kongres ketiga pada 2011. 

Kami harap pemerintah baru bisa membuka satu ruang di mana kita bisa berbicara, ada hal-hal kita bisa bicara tertutup dan ada hal-hal kita bisa bicara terbuka. Indonesia dan Papua adalah korban perang dingin dan kita tidak bisa terus tinggal di dalam situasi diciptakan bangsa asing atau para kapitalis. 

Mari kita bangkit untuk menyatakan kami mampu bangkit dan menyelesaikan persoalan selama ini dilihat sebagai masalah. Padahal masalah ini diciptakan oleh orang luar. Kemudian mereka membiarkan kami untuk saling berkelahi. 

Kemudian mereka berbicara hanya basa-basi saja begini begitu. Sedangkan Indonesia tidak berani menyelesaikan masalah sebenarnya ditinggalkan dan diciptakan oleh orang lain. 

Jadi kemerdekaan Papua ini tergantung Indonesia mau kasih atau tidak?

Sebenarnya saya melihat ada dua hal. Pertama, kalau dari pihak Indonesia bisa memberikan dengan baik, saya pikir tidak perlu ada perebutan kemerdekaan dengan darah dan pengorbanan cukup besar. Tapi jelas dari Papua sudah siap untuk melakukan apa saja. 

aya pikir di era teknologi dan informasi ini lebih mempercepat. Karena orang Papua sekarang banyak sudah belajar. Peralatan perang itu sudah tidak sulit untuk orang Papua. Kapan saja kalau dia mau beli pesawat tempur terutama dijual di Tembagapura jadi gampang. Hanya kita tidak mau ada pertumpahan darah sia-sia. 

Kami mau ada penghormatan kepada Indonesia daripada merampas. Situasi memaksa sehingga terpaksa Papua lepas saja begitu. Berarti kita punya hubungan Indonesia itu sama dengan air garam kita buang ke air laut. Padahal kita sudah punya hubungan baik semasa di bawah Indonesia. 

Jadi kita tidak melihat Indonesia sebagai penjajah. Tapi kita akan luruskan sejarah, termasuk Indonesia baik, di mana buktinya Papua menjadi sebuah negara. 

Tapi kalau kami merdeka karena dipaksa, nanti dari segi sejarah Indonesia dilihat sebagai penjajah. Jadi kami berusaha untuk mau bicara ini dengan Jakarta supaya nilai dan nama besar dari Indonesia itu tidak dilihat sebagai penjajah, tetapi bagaimana nanti dipersiapkan seperti negara-negara persemakmuran oleh Inggris. 

Sekalipun mereka belum siap betul, tapi mereka bisa merdeka dan mengatur hal-hal lain menyangkut perdagangan, pendidikan, teknologi, dan lain-lain. Jadi dari teman-teman terutama teman-teman akademisi terlibat di dalam dapur strategis dan taktis, kami lebih banyak ingin supaya bagaimana peralihan itu dengan cara bermartabat. 

Dengan demikian, di dalam sejarah Papua itu kami tidak menempatkan Indonesia sebagai penjajah di mana kami harus merebut kemerdekaan dari penjajah. Tapi kami melihat kehadiran Indonesia di Papua itu sebagai anugerah Tuhan, anugerah Allah untuk mempersiapkan Papua, untuk bisa berdiri di atas kaki sendiri. 

Mengapa Anda masih yakin Papua merdeka padahal perjuangan bersenjatanya sangat kecil, perjuangan diplomasi tidak dapat dukungan dari internasional? Mengapa masih ngotot ingin merdeka?

Saya terlalu yakin karena pertama itu adanya inisiatif dan aktivitas nyata sekarang di dalam negeri, di Papua. Kalau melihat sebelum saya dipenjara tahun 1989, perjuangan Papua itu hanya orang di hutan, segelintir orang Papua di luar negeri hanya bicara saja. 

Waktu itu saya punya inisiatif kalau orang Papua mau merdeka basis kekuatan rakyat itu harus dibangun lewat kaum terpelajar. Maka waktu itu dokter Thomas Huolay kembali dari Amerika Serikat dan dokter Ottomus Bakri. Kami bertiga berpikir kampus adalah tempat di mana dilahirkan kaum terpelajar untuk memimpin perjuangan sebab kita bukan berjuang di hutan. 

Kami harus berjuang menghadapi keputusan perang dingin dulu terlibat menyerahkan kami ke Indonesia. Itu berarti harus kami kuasai bahasa Inggris, bahasa Spanyol, bahasa Perancis, bahasa Portugis untuk bisa memasuki posisi untuk tawar menawar di PBB. Tapi juga kami harus membangun basis perjuangan itu di semua wilayah Papua dan di luar negeri, dan itu berhasil. 

Basis perjuangan kami bukan ahanya ada di tujuh wilayah adat. Kami punya basis gerakan pemuda, pelajar, mahasiswa di Jawa, Bali, Sulawesi. Kami juga punya basis pemuda, pelajar, mahasiswa di Amerika, Eropa, Australia, dan pasifik. Akan ada hasil. Jadi itu sekarang sudah ada.

Sekarang kami punya pendukung itu Senegal, kemudian Perancis secara diam-diam juga sedang mendorong. Tapi jelas itu salah satu negara anggota PBB itu sudah ada. Dan kami harap dengan adanya perbaikan organisasi politik Papua dalam tahun ini itu kami sudah bisa merapat, menjadi anggota penuh. 

Jadi perjuangan Papua merdeka itu bukan karena perjuangan politik atau diplomatik atau militer kecil. Bagaimana kami harus membangun sebuah proses benar sehingga kami bisa raih. Selama ini kami tidak ada proses benar karena itu baru terjadi pada 2011. Karena secara tata negara, untuk ketatanegaraan, kongres III itu memenuhi syarat karena dia mendeklarasikan pemerintah. Kalau kongres II itu tidak, tahun 1971 itu mereka deklarasi pemerintahan di hutan dan pemberitaannya juga di luar negeri, bagaimana mau melobi Jakarta. 

Sekarang kami sudah punya seperti Mandelanya Afrika Selatan, Soekarno-Hattanya Indonesia. 

Siapa disebut Soekarno-Hattanya Papua kalau nanti Papua merdeka?

Kalau sekarang kita sudah punya presiden dan perdana menteri hasil kongres III itu Gorgorus Suebu dan perdana menteri Edison Waromi, baru saja dibebaskan dari penjara pada 21 Juli lalu.

Kalau dilihat pelaksanaan Perpera kan Papua sudah berjuang 45 tahun. Berapa tahun lagi kira-kira bakal terwujud Papua merdeka?

Saya sendiri belum bisa prediksikan kapan tapi saya harap cepat. Itu tergantung pada bagaimana pemerintahan baru bisa membuka kami peluang untuk negosiasi.

Dalam lima tahun pemerintahan Jokowi belum tentu Papua merdeka?

Kami sedang berusaha bekerja keras di dalam pemerintahan Jokowi. Selama lima tahun kami harap bisa negosiasi dengan beliau sehingga tidak terlalu lama perjuangan ini, terus mengorbankan banyak kerugian bagi Indonesia. Bagi orang Papua itu tidak masalah. Itu sebuah perjuangan sudah jelas, namanya perjuangan itu membutuhkan pengorbanan. 

Saya terlalu yakin Papua bisa merdeka karena isu Papua sekarang ini sudah menjadi isu internasional. Sedang jadi perhatian dunia.

Kalau Papua merdeka, benderanya apa, bahasanya apa, lambangnya apa?

Bahasa nasionalnya akan ditetapkan oleh pemimpin nanti. Bagi saya sendiri keputusan itu nanti terserah kepada rakyat setelah hasil pemilihan umum pertama. Anggota parlemen akan ditetapkan sesuai keputusan rakyat. Tapi jelas itu kita tetap menggunakan bahasa bisa dimengerti semua pihak.

Berarti bahasa Indonesia?

Iya, bahasa bisa dipakai oleh semua pihak. Kalau sesuai keputusan kongres II itu kami akan menggunakan empat bahasa seperti di Fiji. Di Fiji empat bahasa dan itu bisa digunakan sangat fasih untuk menulis dan membaca. Kami juga akan mengembangkan empat bahasa. Jadi bahasa Indonesia tetap kami gunakan karena bahasa ini bisa dipakai oleh seluruh masyarakat Papua, tetapi juga kami bisa berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia dan juga orang-orang di Malaysia. 

Kedua, kami akan gunakan fising karena bahasa ini hanya bisa dipakai oleh orang-orang Melanesia, seperti Papua Nugini, Solomon, Vanuatu, dan di Torestrage. Dan juga karena kami adalah ras Melanesia. Kami harus tetap menggunakan bahasa ini. 

Ketiga bahasa Inggris karena itu bahasa internasional kami pakai untuk berbicara dan bercakap-cakap dengan masyarakat internasional. Sedangkan keempat setiap negara bagian akan kembangkan salah satu bahasa daerahnya menjadi bahasa di negara bagiannya. Itu menurut hasil kongres II tahun 2000. 

Kalau Papua merdeka, bentuk negaranya apa?

Kami sudah putuskan untuk federal. Karena Papua itu terdiri dari 312 suku dan 312 suku ini mendiami tujuh wilayah adat. Sehingga lewat federal ini nanti tidak mempermasalahkan keputusan pusat karena 80 persen hasil dari setiap negara bagian itu penuh dipakai untuk pembangunan wilayahnya sedangkan 20 persen saja bisa disetor ke pusat. 

Jadi tidak ada saling menyatakan kalau nanti sistem presidensial atau republik itu kekuasaan di tangan pusat sehingga salah satu suku naik suku lain bisa berserakan. Sehingga bisa saja terjadi semacam konflik nasional antar suku dan ini kan sekarang sudah kelihatan berbahaya lewat otonomi khusus. 

Ini sudah berbahaya sehingga kami sudah harus letakkan dasar-dasar negara nanti lahir. Itu berdasarkan sistem dan bentuk benar sehingga kami harus selesaikan masalah kemungkinan bisa timbul setelah merdeka. 

Kedua, kami juga tetapkan federal karena kami belajar dari India. India merebut kemerdekaan itu sangat gampang. Tapi setelah merdeka pertumpahan darah lebih besar dan perpecahan menjadi Bangladesh dan Pakistan. Papua pun juga, kami sudah lihat kalau tidak atur baik-baik, bisa saja satu waktu wilayah kepulauan itu bisa pisah dari daratan seperti daerah-daerah Pasifik lain. 

Bisa sebut tujuh negara bagian itu apa saja?

Tujuh negara bagian itu wilayah satu, Padi di Jayapura. Kedua, wilayah Serere di Marokun dan Biak. Ketiga, wilayah Dumbray di Manokwari. Kempat, Umbray di Fakfak, Kaimana. Kelima, Haamim itu seputar Merauke. Keenam, Lapago itu wilayah Lame, itu Wamena di atas. Ketujuh, Metago itu wilayah dari Suku Me. Mereka mendiami daerah Etami, Larike, Nabire.

Rencana ibu kota di mana?

Itu masih sedang dipertimbangkan. Bisa saja di Jayapura atau di tarik ke tengah ke daerah Nabire. Kelihatannya akan ditarik ke tengah. Jayapura itu kemungkinan dijadikan pusat perdagangan negara-negara Pasifik. Sedangkan ibu kotanya bisa dipindah ke Nabire atau Manokwari. 

Jadi Bintang Kejora belum tentu menjadi bendera nasional kalau Papua merdeka?

Bisa jadi juga. Karena sementara ini agak terjadi pro dan kontra. berdasarkan kongres kedua tahun 2000 kita putuskan tetap dengan Bintang Kejora sampai dengan nanti peralihan. Kalau administrasi pemerintahannya sudah dialihkan ke Papua dan hasil pemilihan pertama anggota parlemen akan tetapkan apakah bendera itu tegtap atau ada baru. 

Bendera kami pakai ini sebenarnya bukan bendera kami. Ini masih warna bendera kolonial. Tapi kita sudah sepakat kita pakai saja sampai dengan nanti parlemen pertama itulah akan menetapkan. Kita akan ukur semua atribut kami sesuai identitas kami. Kalau tidak ada identitas orang Melanesia, diganti saja.

Kalau Papua merdeka rencananya pakai mata uang apa?

Sementara ini kami dari federal sedang rancang itu ada dua kemungkinan. Kami bisa pakai pound sterling atau dolar Amerika selama di bawah PBB sampai dengan peralihan, kemudian kami ubah. 

Sistem pemerintahannya parlementer? 

Iya, sistemnya parlementer.
***Catatan : 
Jacob Rumbiak (JR)
Jacob Rumbiak (JR) yang berasal dari Biak, Papua Barat merupakan seorang tokoh separatis Papua yang pernah dipenjara dan satu sel dengan Xanana Gusmao.