PENDIDIKAN
BERKARAKTER MENURUT FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA
(
NASIONALISTIK,
UNIVERSALITIK,
DAN SPIRITUAL
)
MAKALAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Tahun Akademik 2011/2012
Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Pada Jurusan Tarbiyah
Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Pada Jurusan Tarbiyah
STAI
Al-Musydariyah Kota Cimahi
Dosen
Drs.Imran Abdul Rozak,M.Ag
Zaimah
2010
018
STAI
AL-MUSYDARIYAH
FAKULTAS
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI SI
KOTA
CIMAHI
2012
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum,wb
Puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah swt atas hidayah qinayah-Nya sehingga makalah ini dapat
penulis selesaikan dengan tepat waktu. Salawat salam semoga tetap
untuk Rosulullah saw, seluruh keluarga, para sahabat, serta ummatnya.
Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Ujian Tengah Semester ( UTS ) tahun akademik 2011/2012
untuk mata kuliah filsafat pendidikan pada fakultas tarbiyah STAI
Al-Musydariyah kota Cimahi dengan mengambil judul, “PENDIDIKAN
BERKARAKTER MENURUT FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA”.
Penulis menyadari sepenuhnya
atas keterbatasan hasil tulisan ini, baik dalam teknik penulisan,
kajian teori, konsep, maupun bahasannya. Oleh karena itu, sumbang
saran dan kritikan yang membangun dari Dosen pembimbing khususnya dan
dari pelbagai pihak sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
penulisan ini, sehingga dapat dimanfaatkan bagi kegiatan keilmuan
pada masa akan datang.
Terimaka
kasih, wasalamu’alaikum wb
Bandung, agustus 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Dalam
pendidikan di Indonesia,
kita
sering sekali mendengar jargon-jargon teori-teori pendidikan yang
diadopsi oleh pemerintah. Kalau kita perhatikan hampir semuanya
adalah teori-teori yang dipinjam dari para pemikir pendidikan dari
luar Indonesia. Sebut saja pemberlakuan KBK atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi adalah impor mentah dari Competency
Based Curriculum.
Contoh lainnya adalah KTSP yang ‘dijumput’
juga secara langsung dari School
Based curriculum.
(http://www.kompasiana.com/ouda/ajx_date/2010/03/
).
Kehidupan
bangsa yang cenderung ‘western’
ini telah mengabaikan hasil karya anak bangsa sendiri, yang hal itu
lambat-laun justru akan menghilangkan karakter. Padahal tidak sedikit
tokoh-tokoh pendidikan kita yang berperan besar dalam mewarnai
dinamika pendidikan di Indonesia.
Di antara
tokoh-tokoh tersebut ialah
K.H.
Ahmad Dahlan
( Yogyakarta, 1868- 1923 ),
beliau
mendirikan Muhammadiyah dan
Prof.
Dr. N.Driyarkara,
S.J (
Purworejo, 1913-1967 )
yang banyak menjiwai sekolah-sekolah Katolik seperti sekolah-sekolah
yang bernaung di bawah yayasan Kanisius.
Dan tokoh
pendidikan lainnya
yang paling
terkenal di Indonesia adalah Ki Hadjar
Dewantara (
1889-1959 ).
Namun,
selama penulis mengikuti perkulihan ini, ketiga tokoh ataupun tokoh
pendidikan Indonesia yang lain belum pernah dibahas dan di toko-toko
buku di Bandung khusus Bandung Timur sama sekali tidak menyediakan
buku-buku yang membahas tokoh-tokoh tersebut, padahal tempatnya
berdekatan dengan Universitas Negeri. Dari fenomena itu, dapat
diartikan ataupun dimungkinkan bahwa masih minimnya minat masyarakat
dalam mengikuti informasi perkembangan ilmu pengetahuan bila
dibandingkan minat mereka mengikuti arus perkembangan teknologi,
sehingga seringkali terjadi kesalahpahaman dengan aturan pemerintah.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini saya akan membahas secara
deskriftif filsafat pendidikan yang dikenalkan oleh salah satu tokoh
di antara mereka yakni fisafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara,
seorang filosof Indonesia asli.
BAB
II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN
BERKARAKTER MENURUT FILSAFAT
PENDIDIKAN
KI HADJAR DEWANTARA
(
NASIONALISTIK,
UNIVERSALITIK,
DAN SPIRITUAL
)
- Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara
(Yogyakarta,
2
Mei
1889–26
April
1959)
adalah seorang pelopor pendidikan
bagi kaum pribumi
Indonesia
pada zaman
penjajahan Belanda.
Lahir dengan nama Raden
Mas Suwardi Suryaningrat,
namun untuk menghilang jarak dengan para siswanya, pada tanggal 23
februari 1928 beliau menanggalkan gelar keningratannya dengan nama Ki
Hadjar Dewantara. Beliau mendirikan perguruan Taman
Siswa
yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh
pendidikan seperti halnya priyayi
maupun orang-orang Belanda.
(mukhsinblog.blogspot.com/.../pemikiran-pendidikan-ki-hajar-dewant
).
Konsep-konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dapat diterjemahkan,
bahwasannya pendidikan di Indonesia haruslah memiliki tiga landasan
filosofis, yaitu :
- Nasionalistik maksudnya adalah budaya nasional, bangsa yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, universalitik dan spiritualistik.
- Universalitik artinya berdasarkan pada hukum alam, segala sesuatu merupakan perwujudan dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik dan mental.
- Spiritual, yaitu pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual saja namun pendidikan hendaknya juga memperkuat rasa percaya diri, dan mengembangkan harga diri. (Eka 'eksus' Susanti http://www.scribd.com/doc/93681530/Filsafat-Ki-Hajar-Dewantara ).
Berlandaskan filosofis di atas,
Ki Hadjar Dewantara membedakan antara konsep pendidikan dengan konsep
pengajaran. Konsep pendidikan menurut beliau merupakan memerdekakan
siswa dari apsek batiniyah ( berpikir, berpolitik, mentalitas ),
sedangkan pengajaran adalah membebaskan siswa dari aspek lahiriyah (
kemiskinan ) namun dalam oprasionalnya; kedua sistem tersebut harus
bersinegris satu sama lain. Artinya, peran guru selain sebagai
pendidik juga sebagai pengajar; oleh karena itu guru harus memiliki
kelimpahan mentalitas, moralitas, dan spritualitas.
(http://blog.tp.ac.id/pemikiran-ki-hajar-dewantara-tentang-pendidikan
).
- Konsep Sistem Among (Among Methode), Tringga dan Tripusat
Konsep pendidikan yang
dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara sangat membumi dan mengakar pada
budaya nusantara ialah: sistem among
( tut
wuri handayani
) , tripusat ( keluarga,
sekolah, dan masyarakat
), tringga ( ngerti,
ngrasa, lan nglakoni
). ( tauchid,2004 ). Sistem
among
ini juga telah mendapat sambutan baik dari Drs. RMP.Sastrokartana
(kakak RA. Kartini) seorang filsuf dan ahli bahasa, bahkan semboyan
ini ditambahnya , yaitu Ing
Ngarso sung tulada dan
Ing madya
Mangun Karsa.
( Alim
Sumarno,
http://blog.tp.ac.id/..).
Sehingga menjadi kalimat yang sempurna, yaitu:
- Ing ngarsa sun tuladha : Seorang guru apabila di depan selain sebagai meneger, tetapi juga memberikan contoh ( modeling ) baik sebagai konservator maupun inovator bagi peserta didik.
- Ing madya mangun karsa : Seorang guru apabila berada di tengah-tengah peserta didik harus bisa membangkitkan motivasi ( motivator ) dan fasilitas ( fasilitator ) atau sebagai mitra ( partner ) untuk meningkatkan produktifitas pembelajaran agar mencapai hasil belajar.
- Tut wuri handayani : Seorang guru apabila berada di belakang harus bisa mendorong ( motivator ) dan membimbing ( directur ) siswa supaya senantiasa maju. http://tugino230171.wordpress.com/2010/12/12/multi-peran-dan-tugas-guru-dalam-proses-pembelajaran/
Konsep
guru yang dikemukakan oleh ki hajar dewantara ini, merupakan sosok
guru profesional. Dimana guru harus cerdas dalam menempatkan diri
dalam berbagai macam situasi, kondisi, dan dalam memainkan perannya
serta mampu untuk menciptakan suasana yang kondusif di sekolah (
kelas ).
Menurut
Ki Hadjar Dewantara tringga ( ngerti,
ngrasa,lan nglakoni
) yaitu, bahwa terhadap ajaran hidup dan cita-cita hidup diperlukan
pengertian, kesadaran, dan kesungguhan dalam pelaksanaannya. Karena
tahu dan ngerti saja tidaklah cukup kalau, tidak merasakan dan
menyadari serta tidak berarti kalau tidak melaksanakan dan
memperjuangkannya. Sebaliknya, merasa saja dengan tidak mengerti dan
tidak melaksanakannya atau; menjalankan tanpa dengan kesadaran dan
tanpa pengertian tidak akan membawa hasil. Sebab itu, prasyarat bagi
peserta didik adalah ia harus tahu ajaran dan cita-cita hidupnya. Dan
ia harus merasa dan sadar dengan arti hidup dan cita-citanya, apa
perlunya bagi diri-sendiri dan masyarakat serta harus mengamalkan
ilmunya tersebut.
Sedangkan,
tripusat pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan
sosial,dan lingkungan sekolahnya. Lingkungan sekolah ( guru )
memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter anak (
siswa ). Karena ketika pendidikan keluarga sudah mulai diabaikan,
lingkungan sosial yang semakin hilang kesadarannya bahwa aksi mereka
sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter, budaya, dan moral
anak, maka lingkungan sekolah merupakan ‘frontliner’
dalam meningkatkan mutu pendidikan karakter, moral,dan budaya
tersebut. Jadi, pendidikan berkarakter di Indonesia sebenarnya sudah
dirintis oleh Ki Hadjar Dewantara dengan sistem among dan tringga
serta tripusatnya. Dan sampai sekarang, landasan filosofis pendidikan
di Indonesia masih berlandaskan filsafat ini.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan tersebut dapat diasumsikan bahwa:
- Landasan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara ialah nasionalitik, universalitik, dan spriritual.
- Nasionalitik maksudnya adalah budaya nasional, bangsa yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, universalitik dan spiritualistik.
- Universalitik artinya berdasarkan pada hukum alam, segala sesuatu merupakan perwujudan dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, dalam arti bahwa pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik dan mental.
- Spiritual, yaitu pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual saja namun pendidikan hendaknya juga memperkuat rasa percaya diri, dan mengembangkan harga diri.
- Sistem pendidikan yang digunakan di antaranya adalah sistem among ( ing ngarsa sun tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani ), tringga ( ngerti, ngrasa, lan nglakoni ), dan tripusat ( keluarga, sekolah, masyarakat ) dan teknik pendidikannya ialah asah, asih, dan asuh.
- Filosofi dalam sistem pendidikan Ki Hadjar Dewantara memiliki dua konsep yaitu pendidikan dan pengajaran. Perbedaannya adalah dari sudut aspek pembelajarannya, konsep pendidikan ialah memerdekakan siswa dari aspek batiniyah, sedangkan konsep pengajaran merupakan memerdekakan siswa dari aspek lahiriyah.
- Figur guru profesional menurut Ki Hadjar Dewantara adalah guru yang memiliki kelimpahan mentalitas, moralitas, dan spiritualitas. Dalam arti guru merupakan sosok ( modeling ) bagi para siswanya,seorang “pandita yang bersifat ksatria”,yakni seorang wali Allah yang mampu dan tangguh dalam menghadapi segala persaingan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
- Majid, Abdul,2008, ”PERENCANA PEMBELAJARAN”, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
- Menimba Filsafat Ilmu: Filsafat Pendidikan Asli Indonesia Bagian 2 : Awal Matinya Pendidikan Indonesia. http://www.kompasiana.com/ouda/ajx_date/2010/03/ rabu,08/08/2012 /09:38 .
Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan: http://blog.tp.ac.id/pemikiran-ki-hajar-dewantara-tentang-pendidikan
Mukhsin, “PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA” mukhsinblog.blogspot.com/.../pemikiran-pendidikan-ki-hajar-dewant.
Eka 'eksus' Susanti http://www.scribd.com/doc/93681530/Filsafat-Ki-Hajar-Dewantara 08/08/2012/18:47
- Nicolaus Driyarkara - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia ...id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Driyarkara
- http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/19/%E2%80%98tut-wuri-handayani%E2%80%99-mati/ senin,06/08/2012 ( 09:29 ) .
- Sumarno , Alim,“Pengaruh Pemikiran Ki Hajar Dewantara Dalam Pendidikan, http://blog.tp.ac.id/ 06/08/2-12 ( 09:57)
- http://imammalik11.wordpress.com/2011/11/18/asas-tut-wuri-handayani/ senin,06/08/2012 ( 10:07)
Tugino, Multi Peran dan Tugas Guru dalam Proses Pembelajaran | Better ... http://tugino230171.wordpress.com/2010/12/12/multi-peran-dan-tugas-guru-dalam-proses-pembelajaran/jum’at,10/08/2012/06:22 ).
Top of
Form
Tidak ada komentar:
Posting Komentar