Jumat, 15 Agustus 2014

Mendidik Ketauhidan Anak

Rasulullah Saw bersabda,”Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan kedua orang tuanyalah yang menyebabkan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Muslim)

1. Tanamkan aqidah


a. Ajarkan kalimat Tauhid
Tauhid menjadi awal dan dasar bagi pendidikan. Syaikh Ibnul Qayyim dalam Tuhfanul Wadud bi Ahkamil Maulud, menerangkan bahwa apabila anak-anak telah mencapai kemampuan berbicara, ajarilah mereka kalimat La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah disertai dengan pengucapannya.

Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah Saw bersabda, “Bukalah (ajarkanlah) kepada anak-anak kalian kalimat pertama berupa Laa ilaaha Illallah dan talqikan (diktekan) pula kepada mereka ketika hendak meninggal kalimat Laa ilaaha Illallah.” (HR. Hakim).

b. Kenalkan sifat-sifatNya
Perdengarkanlah kepada mereka berbagai hal yang bisa memperkenalkan mereka terhadap Allah (ma’rifatullah). Dan perkenalkan juga mereka dengan berbagai hal tentang mentauhidkan-Nya. Didiklah bahwasanya Allah Swt adalah pencipta mereka dan sesungguhnya Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala hal yang terjadi di dunia ini. Kenalkanlah bahwa sesunguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Ajarilah anak-anak kita tentang akidah dan tauhid. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa cara mengajari mereka berbeda dengan cara mengajari orang-orang dewasa tentu saja. Ajarilah anak-anak secara ringan dan mudah dalam suasana yang menyenangkan. Atau bisa juga dengan metode Tanya jawab dengan mereka. Apalagi, anak-anak biasanya memiliki rasa keingintahuan yang tinggi tentang banyak hal. Oleh karena itu, arahkanlah mereka.

2. Tanamkan kecintaan Kepada Rosulullah saw., Keluargnya, dan Al-Qur'an

Rasulullah Saw bersabda, “Didiklah anak-anak kalian atas tiga hal, kecintaan kepada nabi kalian, kecintaan kepada keluarga nabi, dan membaca Al Quran. Sesungguhnya para pembaca Al Quran itu berada di bawah naungan singgasana Allah pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya bersama para nabi dan manusia pilihan-Nya.”(HR. Thabrani).

==============
Betapa pentingnya ketauhidan ini dalam diri anak-anak kita sehinga nabi Ya’qub as. dalam detik-detik kehidupannya di dunia sempat mengingatkan hal ini kepada anak-anaknya. Sebagaimana yang di firmankan oleh Allah Swt, “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”Mereka menjawab, “Kami akan akan menyembah Tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepadanya-Nya”.(QS. Al Baqarah[2]:133).

Bahkan, jauh-jauh hari sebelum anak-anak kita mampu berbicara, Rasulullah Saw mengajarkan pula untuk mendoakan anak-anak dan memilihkan nama yang mulia bagi mereka.

Tauhid adalah hal yang sangat mendasar di dalam Islam. Oleh karena itulah dakwah yang pertama kali dilakukan oleh Rasulullah Saw ketika 13 tahun di Mekkah adalah dakwah tauhid.

Pengajaran tentang ketauhidan bagi anak-anak juga secara terang benderang dijelaskan Allah Swt di dalam Al Quran melalui kisah Luqman dengan anaknya. Sebagaimana firman Allah Swt,”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia member pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar”.(QS. Luqman [31]:13).

Masih dalam surat yang sama, Luqman juga mewasiatkan kepada anaknya untuk memegang teguh ketauhidan. Allah Swt berfirman,”(Luqman berkata),”Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.”(QS. Luqman [31]:16).

Pendidikan ketauhidan sejak dini kepada anak-anak kita diharapkan bisa memberikan pondasi yang kokoh dalam hal keimanan mereka kepada Allah Swt. Karena jikalau anak-anak kita memiliki akar ketauhidan yang kokoh, maka ketika ia tumbuh dan berkembang semakin besar, ia akan muat menghadapi terpaan godaan kehidupan duniawi yang begitu kencang. (*)

Selasa, 12 Agustus 2014

Erdogan Menjadi Pemimpin Sejati Umat Islam se-Dunia?

ISTAMBUL (voa-islam.com) - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, mengukir sejarah dalam karir politiknya. Di mana mantan Walikota Istambul itu, tak tertandingi lagi oleh kandidat lainnya, dan populeritasnya yang tinggi dikalangan rakyat Turki, nampaknya dia akan menjadi presiden pertama Turki yang dipilih secara bebas, Minggu, 9/8/2014.

Para pendukung Erdogan melihat bangkitnya dukungan rakyat sebagai puncak prestasinya membangun kembali Turki di era perubahan global, dan menempatkan Turki sebagai kekuatan Eropa baru. Erdogan mengangkat kembali martabat dan keunggulan Turki diantara bangsa-bangsa Eropa.

Hanya dalam satu dekade sebagai perdana menteri, ia menyingkirkan semua warisan dan dominasi  yang pernah dibangun oleh kaum Kemalis, sejak kelompok sekuler yang dipimpin Mustafa Kemal Ataturk mendirikan republik modern, sesudah menghancurkan Khilafah Ottoman pada tahun 1923.

Memang, Erdogan masih sering mengatakan tentang warisan sekulerisme yang dibangun oleh Kemal Ataturk, dan visinya tentang Islam yang akan dia  wujudkan dalam pembangunan Turki di masa depan sampai tahun 2023.

Perlahan-lahan sekulerisme yang sudah berumur 100 tahun akan tenggelam oleh bangkitnya rakyat Turki yang kembali kepada masa lalunya, yaitu Islam. Erdogan tidak pernah menutupi terhadap masa lalu Turki yang pernah menjadi imperium Islam, Turki Otttoman. Ruh kebesaran masa lalu Turki sebagai imperium Islam itu, yang terus memberikan inspirasi kepada Erdogan. "Dengan asumsi bahwa Erdogan menang, apa yang akan kita lihat awal  lahirnya dari sebuah era baru," kata Marc Pierini, mantan Duta Besar Uni Eropa untuk Turki,  dan anggota ‘think-thank’ di Carnegie Eropa.

Selama ini,  presiden Turki dipilih oleh parlemen, tetapi di bawah undang-undang baru, sekarang presiden dipilih langsung oleh rakyat. Presiden memiliki masa jabatan selama lima tahun. Sekalipun belum selesai penghitungan suara, kemungkinan dengan populeritas Erdogan, dan dukungan rakyat Turki yang besar,  Erdogan akan menjadi presiden Turki lima tahun mendatang. Turki melarang publikasi jajak pendapat sebelum pemungutan suara, tapi dua survei bulan lalu menurunkan laporannya, bahwa dukungan Erdogan antara, 55-56 persen.

Erdogan menggungguli  20 poin dari kandidat oposisi utama, yaitu Ekmeleddin Ihsanoglu, yang sekarang menjadi Sekjen OKI (Organisasi Konferensi Islam), dan dengan dukungan suara yang dipereloh itu, Erdogan sudah cukup mengamankan mayoritas sederhana yang dibutuhkan untuk menang di babak pertama. Sementara itu, Selahattin Demirtas, kepala sayap kiri pro-Kurdi Partai Rakyat Demokratik, menempati posisi  ketiga.

Dengan kemenangannya itu, parlemen  memberinya wewenang  mengadakan pertemuan kabinet, serta menunjuk perdana menteri, dan anggota badan legitimasi  peradilan Turki, termasuk mahkamah konstitusi dan dewan tertinggi hakim.

"Ketika seorang seperti Erdogan menjadi presiden terpilih pertama dengan populeritas yang tinggi, bahkan jika konstitusi tetap tidak berubah, itu berarti Turki telah beralih ke sistem semi-presidensial," kata seorang pejabat senior dari putusannya AK Party. "Mulai Minggu ini akan ada sistem baru", tambahnya.  

Era Baru

Kemenangan Erdogan menandai tetap adanya kepercayaan dan dukungan rakyat, sesudah kekacauan yang  luar biasa selama hampir satu tahun, dan selama satu tahun itu sebagai masa  yang paling sulit bagi Erdogan.

Kemenangan Erdogan ini berarti menggambarkan bangkitnya kembali dukungan rakyat terhadap mantan walikota Istambul, sesudah kerusuhan musim panas yang hebat di Gezi. Di mana Erdogan dan pemerintahannya nyaris hancur, akibat tuduhan dugaan skandal korupsi, yang ditudukan oleh ulama yang menetap di  Amerika Serikat, Fethullah Gulen.

Erdogan menuduh Gulen, di mana jaringan pengikutnya yang  memegang pengaruh di kepolisian dan peradilan, menggunakan isu "skandal korupsi", serta berusaha menggulingkannya.

Timothy Ash, direktur  penelitian pasar negara-negara berkembang di Standard Bank di London, membandingkan keterampilan politik dengan para pemimpin Amerika dan Inggris masa lalu dengan Erdogan.
"Jangan pernah bertaruh melawan Erdogan, karena ia pemimpin politik yang brilian - Erdogan adalah  Bill Clinton atau Tony Blair Turki dalam hal kemampuan mereka membentuk kepercayaan mayoritas bangsa," kata Ash dalam catatannya tentang Erdogan.

Pasar keuangan Turki  menyambut positif atas kemenangan Erdogan, dan ini sebagai sebagai tanda adanya keberlanjutan kebijakan ekonomi Turki. Sejak berdirinya Partai AK pada tahun 2001, Erdogan telah membawa  pertumbuhan yang sangat pesat dan stabilitas ekonomi Turki, sesudah menghadapi kekacauan ekonomi yang sangat parah di masa lalu.

Pejabat senior AK mengatakan menteri luar negeri Ahmet Davutoglu, yang memiliki dukungan kuat dalam Partai AKP yang menjadi tangan kanan Erdogan dalam kebijakan luar negeri, kemungkinan akan menggantikan Erdogan.

Nampaknya dengan memanfaatkan "Demokrasi menjadi tulang punggung kesuksesan kami," katanya kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada hari Rabu. "Seorang presiden yang populer, dan  terpilih akan menjadi dasar yang kuat bagi dukungan partai kami,  dan menjadi pelayan yang baik bagi rakyat, serta semua ini akan memotivasi kita ... Seharusnya tidak akan ada kekhawatiran tentang masa depan Turki”, ungkap Davotoglu.

Erdogan menjadi tokoh paling penting di Dunia Islam, perhatiannya yang sangat besar terhadap bangsa-bangsa Muslim di seluruh dunia, terutama Muslim di Gaza yang dihancurkan oleh Zionis-Israel.

Erdogan berhadapan dengan Amerika dan Zionis-Israel, tanpa ragu, dan menuduh Zionis-Israel sebagai Hitler dan Nazi yang melakukan ‘holoucust’ terhadap bangsa Palestina di Gaza. Satu-satunya negara yang pemimpin dan rakyatnya yang menaruh perhatian sangat besar terhadap rakyat Palestina hanyalah Turki.

Turki dengan penduduk 85 juta jiwa, dan 99 persen Muslim Sunni, dan Turki dibawah Erdogan akan menjadi faktor penting bagi dunia Islam. Erdogan bukan hanya berhasil menempatkan pada posisi bangsa Turki yang sangat bermartabat dan terhormat di di mata para pemimpin dunia, tetapi Erdogan juga berhasil menjadi katalisator antara Dunia Islam dengan Barat.

Erdogan dan Turki mewarisi kebesaran masa lalu yaitu Khilafah Ottoman, dan ini menjadi modal Erdogan dan bangsa Turki, memimpin kembali masa depan dunia, dan Dunia Islam. Islam di Turki terus berkembang, dan pengaruh Islam semakin kuat, bukan hanya di Turki, tetapi di Eropa, termasuk di negara-negara Balkan, yang pernah menjadi bagian Khilafah Ottoman.

Turki dibawah Erdogan menjadi fokus perhatian seluruh pemimpin dunia atas kemampuannya membawa negara Muslim itu, sebagai kekuatan baru di tengah-tengah kekacauan yang luar biasa di seluruh Dunia Islam sekarang ini. Wallahu’alam.


Minggu, 10 Agustus 2014

Siapakah Abu Bakr Al Baghdadi (Pemimpin ISIS) ?




"Baghdadi dipandang lebih memiliki pengetahuan Islam dibandingkan Bin Laden dan Al Zawahiri".

Tanggal 5 Juli, Abu Bakr al-Baghdadi, yang dikenal di antara para pendukungnya sebagai Khalifah Ibrahim, untuk pertama kalinya memperlihatkan wajahnya pada khotbah hari Jumat di Mosul, Irak.

Sebelumnya beberapa fotonya memang dibocorkan, tetapi Baghdadi sendiri tidak tampil di muka umum selama empat tahun sejak menjadi pemimpin kelompok yang sebelumnya bernama Negara Islami Jihadis Irak, nama sebelum ISIS, yang sekarang menjadi Negara Islam.

Sebelum April 2013, Baghdadi juga tidak terlalu banyak mengeluarkan pesan audio.
Pernyataan tertulis pertamanya adalah sambutannya terhadap tewasnya Osama bin Laden pada bulan Mei 2011.

Pesan audio pertamanya dikeluarkan bulan Juli 2012, berisi ramalan kemenangan Negara Islam di masa depan.

Sejak kemunculan kelompok tersebut, 15 bulan lalu, informasi tentang Baghdadi yang disediakan untuk media meningkat. Jumlah informasi khusus tentang latar belakangnya juga bertambah.
 
Keturunan Nabi Muhammad


Bulan Juli 2013, ahli ideologi asal Bahrain, Turki al-Binali, yang menggunakan nama Abu Humam Bakr bin Abd al-Aziz al-Athari, menulis biografi Baghdadi terutama untuk menggarisbawahi sejarah keluarga 

Baghdadi. Dia menyatakan Baghdadi memang keturunan Nabi Muhammad SAW, salah satu persyaratan kunci dalam sejarah Islam untuk menjadi khalifah atau pemimpin semua warga Muslim.

Baghdadi dikatakan berasal dari suku al-Bu Badri, yang sebagian besar berada di Samarra dan Diyala, Baghdad utara dan timur, dan secara historis penduduknya dikenal sebagai keturunan Muhammad.

Turki al-Binali kemudian menyebut bahwa sebelum invasi Amerika Serikat terhadap Irak, Baghdadi menerima gelar doktor dari Universitas Islami Baghdad, yang memusatkan kajian pada kebudayaan, sejarah, hukum, dan yurisprudensi Islam.

Baghdadi sempat berkhotbah di Masjid Imam Ahmad ibn Hanbal di Samarra.
 

Dia memang tidak memiliki gelar dari lembaga keagamaan Sunni seperti Universitas al-Azhar di Kairo atau Universitas Islami Madinah di Arab Saudi. Meskipun demikian dia lebih memiliki pengalaman pendidikan Islam tradisional dibandingkan pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden dan Aymen Al Zawahiri, yang keduanya adalah orang biasa, insinyur, dan dokter.

Karena itulah Baghdadi menerima pujian dan legitimasi yang lebih tinggi di antara pendukungnya.
"Negara Islam berusaha menguasai daerah kaya minyak di Irak dan Suriah".
Menjadi pemimpin


Setelah invasi AS terhadap Irak di tahun 2003, Baghdadi dan beberapa rekannya mendirikan Jamaat Jaysh Ahl al-Sunnah wa-l-Jamaah (JJASJ), Angkatan Bersenjata Kelompok Warga Sunni, yang beroperasi dari Samarra, Diyala, dan Baghdad. Di dalam kelompok ini, Baghdadi menjadi pemimpin dewan hukum. Pasukan pimpinan AS menahannya dari bulan Februari-Desember 2004, tetapi membebaskannya karena Baghdadi tidak dianggap sebagai ancaman tingkat tinggi.

Mengikuti jejak Al Qaeda di Tanah Dua Sungai mengubah nama menjadi Majlis Shura al-Mujahidin (Dewan Syura Mujahidin) pada permulaan tahun 2006, pimpinan JJASJ menyatakan dukungannya dan penggabungan diri.

Di dalam struktur baru, Baghdadi bergabung dalam dewan hukum, tetapi tidak lama kemudian organisasi mengumumkan perubahan nama kembali di akhir tahun 2006 menjadi Negara Islam Irak (ISI). Baghdadi menjadi pengurus umum dewan hukum provinsi di dalam "negara" baru disamping anggota dewan penasehat senior ISI.

Ketika pimpinan ISI, Abu Umar al-Baghdadi, meninggal pada April 2010, Abu Bakr al-Baghdadi menggantikannya.

Tokoh sejarah?


Sejak menjadi pemimpin Negara Islam, Baghdadi membangun dan membangkitkan kembali organisasi yang berantakan karena kebangkitan kesukuan Sunni yang menolaknya, sementara di saat yang sama kekuatan militer AS juga meningkat.

Dibandingkan dengan usaha pertama Negara Islam untuk berkuasa dalam sepuluh tahun terakhir, sampai sejauh ini, walaupun masih menggunakan kekerasan, mereka dipandang lebih berhasil meskipun tetap timbul pertanyaan tentang kelangsungannya dalam jangka panjang.

Keberhasilan ini sebagian karena mereka menggabungkan penerapan hukum keras dengan layanan sosial, disamping juga strategi pemberian umpan.
Jika ditelaah, ISIS menargetkan wilayah di sepanjang Sungai Efrat dan Tigris di samping daerah yang memiliki minyak di Irak dan Suriah.

Baghdadi dan pemimpin ISIS lain menyadari monopoli atas energi dan peningkatan kekuatan militer akan memudahkan penghimpunan kekuatan.

Tidak bisa diramalkan secara persis nasib ISIS di masa mendatang, tetapi Baghdadi jelas membuat organisasinya menjadi lebih dikenal dunia. sumber : kompas.com

Versi Lain
Snowden: ISIS Bentukan Israel, AS dan Inggris

REPUBLIKA.CO.ID,Mantan pegawai Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat Edward Snowden menyatakan jika Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) merupakan organisasi bentukan dari kerjasama intelijen dari tiga negara.

Dikutip dari Global Research, sebuah organisasi riset media independen di Kanada, Snowden mengungkapkan jika satuan intelijen dari Inggris, AS dan Mossad Israel bekerjasama untuk menciptakan sebuah negara khalifah baru yang disebut dengan ISIS.

Snowden mengungkapkan, badan intelijen dari tiga negara tersebut membentuk sebuah organisasi teroris untuk menarik semua ekstremis di seluruh dunia. Mereka menyebut strategi tersebut dengan nama 'sarang lebah'.

Dokumen NSA yang dirilis Smowden menunjukkan bagaimana strategi sarang lebah tersebut dibuat untuk melindungi kepentingan zionis dengan menciptakan slogan Islam. Berdasarkan dokumen tersebut, satu-satunya cara untuk melindungi kepentingan Yahudi adalah menciptakan musuh di perbatasan.

Strategi tersebut dibuat untuk menempatkan semua ekstremis di dalam satu tempat yang sama sehingga mudah dijadikan target. Tak hanya itu, adanya ISIS akan memperpanjang ketidakstabilan di timur tengah, khususnya di negara-negara Arab.

Berdasarkan dokumen tersebut, pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi pun mendapatkan pelatihan militer setahun penuh dari Mossad, Israel. Al Baghdadi juga mendapatkan kursus teologi dan retorika dari lembaga intelijen zionis itu.


sumber
http://www.republika.co.id/berita/in...as-dan-inggris