Rasulullah Saw bersabda,”Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan
fitrah, dan kedua orang tuanyalah yang menyebabkan ia Yahudi, Nasrani,
atau Majusi.” (HR. Muslim)
1. Tanamkan aqidah
1. Tanamkan aqidah
Tauhid menjadi awal dan dasar
bagi pendidikan. Syaikh Ibnul Qayyim dalam Tuhfanul Wadud bi Ahkamil
Maulud, menerangkan bahwa apabila anak-anak telah mencapai kemampuan
berbicara, ajarilah mereka kalimat La ilaha illallah, Muhammad
Rasulullah disertai dengan pengucapannya.
Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah Saw bersabda, “Bukalah (ajarkanlah) kepada anak-anak kalian kalimat pertama berupa Laa ilaaha Illallah dan talqikan (diktekan) pula kepada mereka ketika hendak meninggal kalimat Laa ilaaha Illallah.” (HR. Hakim).
b. Kenalkan sifat-sifatNya
Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah Saw bersabda, “Bukalah (ajarkanlah) kepada anak-anak kalian kalimat pertama berupa Laa ilaaha Illallah dan talqikan (diktekan) pula kepada mereka ketika hendak meninggal kalimat Laa ilaaha Illallah.” (HR. Hakim).
b. Kenalkan sifat-sifatNya
Perdengarkanlah kepada mereka
berbagai hal yang bisa memperkenalkan mereka terhadap Allah
(ma’rifatullah). Dan perkenalkan juga mereka dengan berbagai hal tentang
mentauhidkan-Nya. Didiklah bahwasanya Allah Swt adalah pencipta mereka
dan sesungguhnya Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala hal yang
terjadi di dunia ini. Kenalkanlah bahwa sesunguhnya Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang.
Ajarilah anak-anak kita tentang akidah dan tauhid. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa cara mengajari mereka berbeda dengan cara mengajari orang-orang dewasa tentu saja. Ajarilah anak-anak secara ringan dan mudah dalam suasana yang menyenangkan. Atau bisa juga dengan metode Tanya jawab dengan mereka. Apalagi, anak-anak biasanya memiliki rasa keingintahuan yang tinggi tentang banyak hal. Oleh karena itu, arahkanlah mereka.
Ajarilah anak-anak kita tentang akidah dan tauhid. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa cara mengajari mereka berbeda dengan cara mengajari orang-orang dewasa tentu saja. Ajarilah anak-anak secara ringan dan mudah dalam suasana yang menyenangkan. Atau bisa juga dengan metode Tanya jawab dengan mereka. Apalagi, anak-anak biasanya memiliki rasa keingintahuan yang tinggi tentang banyak hal. Oleh karena itu, arahkanlah mereka.
2. Tanamkan kecintaan Kepada Rosulullah saw., Keluargnya, dan Al-Qur'an
Rasulullah Saw bersabda, “Didiklah anak-anak kalian atas tiga hal, kecintaan kepada nabi kalian, kecintaan kepada keluarga nabi, dan membaca Al Quran. Sesungguhnya para pembaca Al Quran itu berada di bawah naungan singgasana Allah pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya bersama para nabi dan manusia pilihan-Nya.”(HR. Thabrani).
==============
Betapa pentingnya ketauhidan
ini dalam diri anak-anak kita sehinga nabi Ya’qub as. dalam detik-detik
kehidupannya di dunia sempat mengingatkan hal ini kepada anak-anaknya.
Sebagaimana yang di firmankan oleh Allah Swt, “Adakah kamu hadir ketika
Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada
anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”Mereka menjawab,
“Kami akan akan menyembah Tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk
patuh kepadanya-Nya”.(QS. Al Baqarah[2]:133).
Bahkan, jauh-jauh hari sebelum anak-anak kita mampu berbicara, Rasulullah Saw mengajarkan pula untuk mendoakan anak-anak dan memilihkan nama yang mulia bagi mereka.
Tauhid adalah hal yang sangat mendasar di dalam Islam. Oleh karena itulah dakwah yang pertama kali dilakukan oleh Rasulullah Saw ketika 13 tahun di Mekkah adalah dakwah tauhid.
Pengajaran tentang ketauhidan bagi anak-anak juga secara terang benderang dijelaskan Allah Swt di dalam Al Quran melalui kisah Luqman dengan anaknya. Sebagaimana firman Allah Swt,”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia member pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar”.(QS. Luqman [31]:13).
Masih dalam surat yang sama, Luqman juga mewasiatkan kepada anaknya untuk memegang teguh ketauhidan. Allah Swt berfirman,”(Luqman berkata),”Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.”(QS. Luqman [31]:16).
Pendidikan ketauhidan sejak dini kepada anak-anak kita diharapkan bisa memberikan pondasi yang kokoh dalam hal keimanan mereka kepada Allah Swt. Karena jikalau anak-anak kita memiliki akar ketauhidan yang kokoh, maka ketika ia tumbuh dan berkembang semakin besar, ia akan muat menghadapi terpaan godaan kehidupan duniawi yang begitu kencang. (*)
Bahkan, jauh-jauh hari sebelum anak-anak kita mampu berbicara, Rasulullah Saw mengajarkan pula untuk mendoakan anak-anak dan memilihkan nama yang mulia bagi mereka.
Tauhid adalah hal yang sangat mendasar di dalam Islam. Oleh karena itulah dakwah yang pertama kali dilakukan oleh Rasulullah Saw ketika 13 tahun di Mekkah adalah dakwah tauhid.
Pengajaran tentang ketauhidan bagi anak-anak juga secara terang benderang dijelaskan Allah Swt di dalam Al Quran melalui kisah Luqman dengan anaknya. Sebagaimana firman Allah Swt,”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia member pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar”.(QS. Luqman [31]:13).
Masih dalam surat yang sama, Luqman juga mewasiatkan kepada anaknya untuk memegang teguh ketauhidan. Allah Swt berfirman,”(Luqman berkata),”Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.”(QS. Luqman [31]:16).
Pendidikan ketauhidan sejak dini kepada anak-anak kita diharapkan bisa memberikan pondasi yang kokoh dalam hal keimanan mereka kepada Allah Swt. Karena jikalau anak-anak kita memiliki akar ketauhidan yang kokoh, maka ketika ia tumbuh dan berkembang semakin besar, ia akan muat menghadapi terpaan godaan kehidupan duniawi yang begitu kencang. (*)