Kamis, 24 Juli 2014

Security Audit Sistem IT KPU Pilpres 2014

***Sebagai pembelajaran untuk Pemilu mendatang***

AUDIT KPU.blogspot.com- Perkenalkan. Nama saya A. Tanpa nama belakang.

Saya lahir di Indonesia. Sebagai CEH, profesi saya konsultan keamanan jaringan komputer.

Baru tahun ini saya mengikuti berita-berita dan ikut memilih di Pemilu Presiden Indonesia.

Hari ini 23 Juli 2014. Saya membaca berbagai tulisan orang. Banyak yang bertanya: Apakah Pemilu Presiden 2014 berlangsung dengan jujur dan adil?

Saya mungkin punya jawabannya. Mungkin. Tulisan saya mungkin menjawab pertanyaan. Mungkin juga malah membuka banyak pertanyaan baru.

Namun sebelumnya mohon maaf. Saya bukan penulis. Mohon maaf jika bahasa saya kurang baik. Saya coba sampaikan dengan singkat dan efektif.

Tulisan ini saya tujukan untuk anda-anda yang penasaran.

Juga untuk calon presiden terpilih, pak Jokowi. Agar nanti sistem IT Pemilu 2019  bisa lebih baik dari sekarang. Agar tidak ada lagi yang teriak curang.

Juga untuk calon presiden tidak terpilih, pak Prabowo. Karena anda pasti penasaran. Juga untuk presiden sekarang, pak SBY. Siapa tahu, bapak juga penasaran.

Juga untuk para perancang dan admin sistem IT Pemilu 2014: Raden Santoso, Nanang Indra, Utian Ayuba, Andy Nugroho, Yoga Dahirsa, Muhammad Hafidz dkk.

Tentunya juga untuk pada anggota KPU: Husni Kamil Malik, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, Ida Budhiati, Sugit Pamungkas dkk.

Anggap saja ini sumbangan saya. Untuk bahan pelajaran bersama. Agar Indonesia lebih aman. Indonesia hebat. Indonesia bangkit.

7 April 2014

Di 7 April 2014. Saya mengamati ada fenomena menarik.

Hacker dan cracker juga punya hak pilih. Punya hak berpolitik. Juga punya hak berkampanye mendukung nomor satu atau nomor dua.

Begitu besar semangat para hacker dan cracker dalam Pemilu Presiden 2014 ini. Sebagian besar dukung nomor dua. Walau juga ada yang dukung nomor satu.

Ini kesimpulan saya setelah melihat begitu banyak iklan capres di Google dan YouTube. Iklan yang baik-baik saja. Juga iklan yang tidak baik-baik saja.

Padahal tidak boleh ada iklan capres di kedua situs ini. Google melarang iklan politik di Indonesia. Dalam bentuk apapun. Namun...

Mereka pasti menyadari kemampuan Google dalam menyaring dan memblokir iklan terbatas. Celah ini yang diekploitasi.

Ada juga yang begitu bersemangat, banyak situs orang diretas, diubah jadi halaman untuk promosi atau menjelekkan yang tidak didukungnya.

Mereka berusaha untuk mempengaruhi persepsi. Persepsi mempengaruhi hasil.

Usaha mereka membuat saya bertanya. Selain menyebarkan informasi untuk mempengaruhi presepsi, apa lagi yang bisa mereka lakukan?

Dapatkan hacker dan cracker simpatisan capres meretas sistem IT KPU? Dan mempengaruhi hasil secara langsung? Saya mencobanya.

Celah Keamanan # 1: Email Anggota KPU

Untuk memahami bagaimana cara kerja sistem IT KPU saya perlu informasi dari dalam. Saya mulai dari mencari alamat email anggota-anggota KPU.


Saya menemukan dokumen ini semua alamat email komisioner KPU yang aktif digunakan ada di dokumen ini. Enam dari tujuh menggunakan email gratisan.

Saya jadi bertanya. Mengatur pemilu bukan pekerjaan main-main. Kenapa gunakan email gratisan yang mudah diretas? Apa mungkin disengaja?

Ferry Kurnia sepertinya adalah yang paling muda dari tujuh anggota KPU. Biasanya yang paling muda adalah yang paling terlibat untuk urusan IT.

Saya kirimkan satu email phishing ke Ferry. Tidak sampai dua jam, saya sudah bisa akses dan membaca semua email yang pernah diterima dan dikirimkan.

Apa yang saya temukan membuat saya bingung. Saya yakin para anggota KPU, dan para perancang sistem IT KPU bukan orang sembarangan.

Namun mereka seperti membuat semuanya begitu mudah untuk seorang yang punya niat seperti saya untuk masuk ke sistem IT KPU.

Celah Keamanan # 2: Berkirim Username dan Password di Email

Hal pertama yang saya lakukan ketika membuka boks email salah satu anggota KPU adalah mencari kata "password".  Saya sungguh terkejut.

Saya langsung dapat password ke SILOG. Sistem Logistik.



 Saya juga dapat password ke Dropbox yang dipakai untuk simpan copy data pemilih seluruh Indonesia.



Dapat juga password ke sistem real count KPU. Ya. Ternyata KPU memiliki sistem real count yang entah mengapa tidak ditampilkan di websitenya sehingga publik harus menghitung sendiri seperti di website kawalpemilu.org. 



Dapat juga password untuk mengelola website KPU. Dapat juga password untuk SIDALIH, sistem data pemilih. Dapat juga password untuk banyak sistem lainnya.

Ini juga membuat saya bingung. Berbagai password dikirimkan begitu saja oleh admin melalui email. Apakah ingin memudahkan hacker untuk masuk sistem?

Catatan: Banyak password di screenshot ini masih digunakan... Jadinya saya hidden ya... Maaf kalau jadi penasaran.

Celah Keamanan # 3: Ada Google Docs Daftar Username dan Password

Betapa terkejutnya saya. Email ini benar-benar di luar logika dan cara berpikir saya. Saya temukan satu email yang dikirimkan oleh admin sistem IT KPU kepada semua anggota KPU. Isinya GOOGLE DOCS dengan daftar semua password sistem IT KPU.

Saya jadi benar-benar curiga, para admin dan anggota KPU memang ingin memudahkan hacker dan cracker untuk masuk ke sistem IT KPU.
Apalagi...

Celah Keamanan # 4: Pola Password Mudah Ditebak

Sebagai contoh, ini password SSH ke website KPU yang pernah digunakan: 4dm1n80njol@w1w1k. Username: kpuadmin.

Password root shell/MySQL: m3rd3k41945!

Banyak password sistem IT KPU menggunakan pola yang sama. Apakah agar mudah diingat... Atau agar mudah diretas. Maaf jika saya berpikir yang tidak-tidak, karena saya dilatih untuk mencermati pola.

Celah Keamanan # 5: Semua Anggota KPU Bisa Edit Daftar Pemilih Sesuka Hati

Ini adalah Sistem Data Pemilih (SIDALIH) KPU. Dengan sistem ini KPU mengatur nama-nama yang masuk ke Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tetap (DPT). 


Penambahan atau pengurangan nama-nama pemilih dapat dilakukan dari sistem ini. Ini krusial karena di Indonesia pemilih dapat memilih cukup berbekal undangan tanpa perlu KTP.

Saya orang awam. Namun jadi pertanyaan besar untuk saya. Jika mau aman: Kenapa semua anggota KPU bisa edit DPT sesuka hati? Kenapa akses yang diberikan oleh admin tidak hanya read only?

Keputusan hak edit ini, tentu saja keputusan disengaja, tidak mungkin kecelakaan, memberikan kewenangan sangat besar untuk setiap anggota KPU untuk bermain dengan jumlah pemilih. Mengurangi atau menambahkan.

Bisa saja jika ada anggota KPU yang komunikasi dengan tim sukses calon presiden tertentu, atau jika ada hacker atau cracker pendukung calon  presiden tertentu yang masuk ke sistem seperti saya... Bisa saja menambahkan pemilih baru... atau mengurangi pemilih di daerah-daerah tertentu.

Mereka yang belum bisa memilih, bisa diberikan hak untuk memilih. Mereka yang diketahui akan memilih calon tertentu, bisa dicabut hak memilihnya... Dengan mudah. Sangat mudah.

Apalagi untuk setiap entri... Tidak ada info atau log secara terbuka, siapa yang terakhir melakukan edit apalagi edit history.

Celah yang membahagiakan... Bagi siapapun yang punya niat tidak baik.

Celah Keamanan # 6: Semua Anggota KPU Bisa Edit Jumlah Pengiriman Kertas Suara Sesuka Hati

Sistem Logistik (SILOG) KPU. Dengan sistem ini KPU mengatur distribusi surat suara ke semua daerah / TPS. Penambahan atau pengurangan pengiriman kertas suara dapat dilakukan dari sistem ini.
http://4.bp.blogspot.com/-Xx1g-4vnNOg/U9C_XjO2A1I/AAAAAAAAA0k/4IJ9E7eJ7Yc/s1600/kpuz8.jpg


 
Pertanyaan saya mengenai SILOG ini sama dengan SIDALIH.

Saya orang awam. Namun jadi pertanyaan besar untuk saya. Jika mau aman: Kenapa semua anggota KPU bisa edit logistik pemilu seperti kertas suara sesuka hati? Kenapa akses yang diberikan oleh admin tidak hanya read only?

Maaf kalau ini seperti mengulang. Keputusan ini, tentu saja keputusan disengaja, tidak mungkin kecelakaan, memberikan kewenangan sangat besar untuk setiap anggota KPU untuk bermain dengan jumlah kertas suara.

Bisa saja jika ada anggota KPU yang komunikasi dengan tim sukses calon presiden tertentu, atau jika ada hacker atau cracker pendukung calon  presiden tertentu yang masuk ke sistem seperti saya... Bisa saja mengirimkan kertas suara lebih ke daerah-daerah tertentu. Sangat mudah.

Apalagi seperti di SIDALIH... Untuk setiap entri... Tidak ada info atau log secara terbuka, siapa yang terakhir melakukan edit apalagi edit history.

Apresiasi: Sistem Scan Formulir C1


Dalam membuat tulisan ini, saya merasa saya harus adil. Jika ada celah keamanan, saya sampaikan. Jika ada best practice yang dilakukan, saya apresiasi.

Sistem scan formulir C1 yang dibuat oleh tim KPU menurut saya sangat bagus. Antarmuka aplikasi didesain sederhana, tidak banyak isian. Ini pastinya membantu meningkatkan penggunaan sistem.

Presentasi C1 di web pilpres2014.kpu.go.id juga bagus. Sederhana dan mudah digunakan oleh siapapun.

Pengelolaan C1 ini membuat persepsi kalau pemilu berlangsung dengan jujur dan adil. Hampir tidak mungkin mempengaruhi hasil pemilu jika scan C1 sudah terkumpul semua di server KPU.

Namun saya punya pertanyaan. Pertanyaan cukup besar. Admin membuat aplikasi real count, khusus untuk pada anggota KPU di alamat http://103.21.228.33/internal - kenapa data ini tidak dibuka ke publik?

Kenapa memaksa publik untuk melakukan gotong royong entri data dari ratusan ribu formulir C1? Padahal real count nya sudah ada...
Sekedar pertanyaan selewat saja. Mungkin ada penilaian sendiri...

Kesimpulan

Kembali ke pertanyaan awal: Apakah Pemilu Presiden 2014 berlangsung dengan jujur dan adil?

Saya tidak tahu. Terlalu banyak daerah, terlalu banyak TPS, terlalu banyak nama pemilih untuk dapat mengetahui permainan dengan SILOG atau SIDALIH.

Namun dua hal yang pasti. Pertama: Siapapun yang bisa punya akses ke SILOG dan SIDALIH dan punya niat untuk memenangkan calon nomor satu atau nomor dua, terutama sebelum bulan Mei 2014, dan punya kemampuan koordinasi dengan tim sukses di lapangan (TPS TPS, desa-desa mana saja yang perlu dilebihkan kertas suara... Nama-nama apa saja yang perlu ditambahkan atau dikurangi dari sistem) dapat sangat mempengaruhi hasil Pemilu Presiden 2014.

Kedua: Sama sekali tidak sulit untuk mengakses semua sistem IT KPU. Malah saya curiga... Seperti dibuat begitu mudah bagi hacker dan cracker yang ingin masuk. Ada apa?
Semoga bukan kenapa-kenapa. Semoga celah-celah keamanan yang saya tulis disini... Adalah kesalahan yang tidak disengaja.

Karena siapa yang punya akses ke sistem IT KPU... Bisa mempengaruhi siapa yang terpilih jadi presiden.

Presiden yang punya kuasa akan negara 250 juta penduduk. Anggaran 2.000 triliun. 600.000 tentara. 

Perputaran uang hampir 10.000 triliun.

Karena kalau memang disengaja...

Sangat mudah... Bisa ada ratusan... Ribuan... Mungkin jutaan pemilih "baru". Hasil kreasi dari mereka yang punya akses ke SIDALIH.

Bisa juga ada ratusan... Ribuan... Mungkin jutaan kertas suara yang "kebetulan lebih". Hasil kreasi dari mereka yang punya akses ke SILOG.

Maaf jika tulisan ini jadi menimbulkan pertanyaan baru.

Demikian tulisan saya. Semoga ini bermanfaat.

A.

Catatan kaki: Saya seorang hacker. Bukan cracker. Saya melakukan audit ini karena penasaran. Bukan karena ada niat tidak baik.

Namun undang-undang Indonesia tidak membedakan. Untuk menghindari kemungkinan pidana... I wish to remain anonymous.
sumber :

Rabu, 23 Juli 2014

Jokowi Presiden Tanpa Legitimasi. Bagaimana Jadinya?"

KPU sudah mengumumkan hasil pilpres 2014, 9 Juli, dan pasangan Jokowi-JK, menang dengan suara 53 persen, sementara Prabowo kalah dengan suara 46,85 persen. Silisih yang tipis. Namun, sebelum hasil pilpres ini menjadi keputusan Prabowo menyatakan mundur dari pilpres 2014 ini.

Dasar Prabowo mundur dari pilpres ini, karena Timses Prabowo memiliki data dan faka yang kuat, terjadinya kecurangan yang tersetruktur, sistematis, dan masif. Bahkan, menurut Ketua Timses Prabowo Junus Yosfiah, adanya keterlibatan hacker dari Cina dan Korea yang menggelembungkan suara GOLPUT, hingga 4 juta suara.

Di internal Timses Prabowo, mereka memiliki data yang akurat, berdasarkan CI, di mana Pbowo menang dengan suara 52 presen, sedangkan Jokowi memperoleh suara 48 persen. Tapi, kemudian angka dibalik, dan dimenangkan pasangan Jokowi-JK dengan angka, Jokowi-JK mendapatkan suara 53 persen, dan Prabowo mendapatkan suara 47,85 persen.

Sejatinya, kemenangan Jokowi dengan suara hanya 53 persen, dan sekarang menjadi polemik, tentang terjadinya kecurangan dasar legitimasi Jokowi-JK lemah. Bagaimana mau memimpin Indonesia, dan menjadi presiden dengan dasar legitimasi yang lemah? Sebuah pemerintahan yang menghadapi 'distrust' yang luas, tidak mungkin menjadi efektif.

Belum lagi, pemerintahan yang tidak mendapatkan dukungan legislatif, secara mayoritas, pasti tidak bisa berjalan dengan efektif dan optimal. Mayoritas parlemen dikuasai oleh pasangan Prabowo-Hatta Rajasa. Sehingga, pemerintahan Jokowi-JK, pasti akan mendapatkan kesulitan dalam pengelolaan pemerintahan di  masa depan.

Pasangan Jokowi-JK hanya didukung oleh PDIP, PKB, Hanura, Nasdem, dan PKPI saja. Mungkin JK akan melakukan pendekatan dengan jalan menarik Golkar, melalui orang-orang Golkar yang sudah 'membelot' ke dalam kubunya, dan mempercepat Munas Golkar, melengeserkan Aburizal Bakri, dan memilih diantara orang Golkar yang dekat dengan JK, masuk koalisinya guna mendukung pemerintahan. Tapi, tidak semudah membalikan telapak tangan.

Memasukkan orang Golkar di dalam pemerintahan atau kabinet Jokowi, tidak mudah. Karena, para pendukung Jokowi yang mewakili berbagaki kepentingan sudah 'ngantri' ingin masuk kabinet. 'Tidak Ada Makan Siang Gratis Bung'. Pasti mereka semua minta upah.  

Jokowi-JK juga menghadapi 'distrust' yang hebat, dan tidak mudah memimpin negeri ini hanya dengan modal suara 53 persen. Jokowi-JK dengan legitimasi yang lemah, tidak bakal efektif memimpin pemerintahan.

SBY yang mendapatkan dukungan 65 persen suara, dan dukungan 11 partai politik, yang tergabung dalam koalisi, terseok-seok. Apalagi Jokowi-JK yang hanya didukung 53 persen suara, dan adanya 'distrust' yang luas dari masyarakat? Kemenangan Jokowi-JK terlalu dipaksakan.

Pemilu legislatif lalu, Jokowi juga tak mampu mendongkrak suara PDIP, yang hanya mendapat suara dibawah 20 persen. Padahal, dukungan media massa, media sosial sudah sangat luar biasa, membuat citra tentang Jokowi, tetapi tidak ada 'Jokowi Efect'. Tetap saja suara PDIP jeblok.

Padahal, sebelumnya oleh lembaga-lembaga survei memprediksi PDIP akan memperoleh 37 persen suara. Jadi masih lebih baik Oma Irama, yang berhasil mendongkrat PKB dari partai gurem, menjadi partai menengah dengan suara hampir 10 persen.

Di pilpres 'Jokowi Efect' juga tak ada, terbukti suaranya yang didapatkan hanyalah 53 persen. Masih lebih baik Prabowo, yang awalnya oleh lembaga-lembaga survei suara Prabowo hanyalah 20 persen!

Tapi, justru Prabowo mampu mengangkat suaranya dengan angka 46,85 persen. Bahkan, kalau tidak ada rekayasa oleh hecker Cina dan Korea, Prabowo menang dengan dukungan suara 52 persen.

Apalagi, nanti seandainya benar menang dan terpilih sesuai dengan keputusan KPU, kemudian dilantik di Gedung Parlemen, dan hanya dihadiri oleh partai pendukungnya. Sedih. Benar-benar menjadi sejarah, 
presiden tanpa legitimasi. (jj/dbs/voa-islam.com)

Selasa, 15 Juli 2014

Menyikapi Dan Mengungkap Fakta Di Balik Kasus Metro TV



http://www.voa-islam.com/photos3/badut-busuk.jpg JAKARTA (voa islam.com)-Menanggapi derasnya desakan #TutupMetroTV, kami mengundang Faizal Assegaf, Ketua Progress 98 dalam menyikapi dan mengungkap fakta dibalik kasus Metro TV.

Faizal Assegaf menulis bahwa ada dusta berkedok hasil survei dan quick count abal-abal membuat mabok Jokowi dan komplotan pemburu kekuasaan. 

"Sebuah peristiwa paling memalukan dalam sepanjang sejarah demokrasi modern di negeri ini. Di mana saat 80 persen suara belum diumumkan di seluruh TPS, namun sekelompok orang telah bertindak nekat mendeklarasikan kemenangannya secara sepihak." demikian lansirnya pada visibaru.com.


"ada dusta berkedok hasil survei dan quick count abal-abal membuat mabok Jokowi dan komplotan pemburu kekuasaan. "Sebuah peristiwa paling memalukan dalam sepanjang sejarah demokrasi modern di negeri ini".


Lebih mengejutkan, melalui siaran live Metro tv, sang presiden terpilih hasil rekayasa perhitungan cepat, tampil menyampaikan pidato singkat yang diiringi tepuk tangan dan pesta-pora massa pendukungnya. Pemandangan tak elok itu mirip sebuah pertunjukan ketoprak berjudul: "Revolusi Mental Para Badut..."

Drama politik dimaksud juga menyisipkan sepenggal durasi yang sangat mengharukan. Tentang adegan isak-tangis ibu Jokowi yang muncul di layar kaca menuturkan selamat atas kemenangan sang anak. Jutaan mata pemirsa dibuat tertipu.

Begitu heboh dan canggihnya kamuflase opini yang dikemas oleh Metro tv dan jaringan media pendukung Jokowi. Gemanya sukses menyihir perasaan dan akal sehat publik. Namun euforianya berlangsung sesaat, kemudian redup lantaran terungkap semua itu tidak lebih adalah parodi politik hasil settingan para pembuat skenario di balik layar.

Faizal Assegaf: Siapa dalang di balik settingan isu kemenangan Jokowi?

Makhluk bernama Jokowi adalah sebuah produk berita yang menggempita di berbagai media massa. Melalui moto: "Tiada hari tanpa Jokowi", para penyokong capres boneka gencar menyuguhi publik dengan aneka opini serba pencitraan. Dan celakanya, segala lakon dan tutur mantan Walikota Solo tersebut seolah mutlak benar dan tak boleh dikoreksi oleh siapa pun.

Bayangkan bila ada berita paja-puji tentang Jokowi bermunculan di jaringan media, publik hanya terposisi sebagai objek, tepatnya korban kebohongan. Bila anda mencoba mengoreksi, maka spontan akan menuai reaksi kecaman dan berbagai hujatan (di-bully). Singkatnya Jokowi telah diperlakukan sebagai figur yang sangat sakral dan terbebas dari kritikan rakyat.

Fenomena "pencitraan akut" ala Jokowi yang dibangun oleh jaringan media massa, perlahan namun pasti, menimbulkan kemuakan dan memicu arus balik dari perlawanan rakyat. Yakni, rakyat mulai sadar bahwa keberpihakan pers yang membabi-buta mendukung Jokowi tidak lepas dari sebuah konspirasi jahat.

Bahkan Jokowi dan jaringan pers pendukungnya dituding telah melakukan kebohongan dan mempertontonkan perilaku kemunafikan. Dan akumulasi kemarahan rakyat kian memuncak saat Jokowi melalui siaran live Metro tv mengklaim kemenangan yang berpijak pada rekayasa hasil quick count.


"Surya Paloh, Bos besar Metro tv pun ikut merayakan pesta kemenangan palsu Jokowi dengan mengumbar senyum khasnya di hadapan jutaan pemirsa".


Surya Paloh, Bos besar Metro tv pun ikut merayakan pesta kemenangan palsu Jokowi dengan mengumbar senyum khasnya di hadapan jutaan pemirsa. Surya Paloh yang juga Ketum Partai NasDem, seolah mengirim pesan penuh makna ke ruang publik, tentang pengaruh kehandalannya dalam memainkan rekayasa opini yang sungguh menyesatkan.

Skenario Metro tv bahkan dengan canggih menghadirkan tanyangan spesial berupa wawancara live Ibu Jokowi yang sebelumnya telah dikondisikan untuk tampil dengan rupa polos, berlinang air mata dan suara yang serak ketika mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi.

Luar biasa, teganya Surya Paloh dan Metro tv mempolitisir peristiwa norak tersebut di hadapan rakyat dengan memanfaatkan bukan hanya Jokowi tapi sekaligus ibu sang capres boneka. Akal-akalan bos Metro tv terbilang unik dan sangat memalukan. Betapa tidak, klaim kemenangan dengan memanfaatkan quick count adalah tindakan ilegal dan bentuk kebohongan yang nyata.

Bila tanggal 22 Juli nanti, KPU mengumumkan hasil perolehan suara sah menempatkan Jokowi sebagai pihak yang kalah, maka usai sudah mabok kekuasaan itu dipertunjukan oleh Jokowi, Surya Paloh dan para pendukungnya. Semua rangkaian adegan konyol kreasi para bandit politik, menjadi catatan sejarah bahwa demokrasi di negeri ini pernah dibajak oleh pers berwatak tipu-muslihat! [ahmed/voa-islam.com]

- See more at: 

2014 PKI Targetkan 400 Kursi DPR Untuk Kembali Berjaya di Indonesia


http://www.voa-islam.com/photos3/pki-82168_620.jpg
JAKARTA (voa-islam.com)- Partai Komunis Indonesia (PKI) tengah melakukan konsolidasi untuk menghadapi Pemilu 2014. PKI menargetkan kader-kader PKI bisa menduduki 400 kursi di DPR RI. Tujuan akhirnya, kader-kader PKI yang menjadi anggota DPR akan mengamandemen Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang Ancaman PKI.

Penegasan itu disampaikan Pimpinan Taruna Muslim, Alfian Tanjung , seperti dilansir itoday (17/12). “PKI secara nama sudah bubar, tetapi ikatan masa lalu tetap ada. PKI punya optimisme. Apalagi saat ini ada Ribka Tjitaning dan Budiman Sudjatmiko di DPR. Kelompok komunis ini melakukan infiltrasi ke partai politik,” tegas Alfian Tanjung.

Alfian mengungkapkan tokoh-tokoh PKI masih terus menggelar kongres. Kongres PKI kesepuluh digelar di desa Ngablak, Magelang, Jawa Tengah. “Kongres itu  menggunakan cover pelatihan pembuatan pupuk organik. Di hadapan publik tertulis pelatihan pupuk organik, tetapi di dalamnya ada Kongres PKI kesepuluh,” ungkap Alfian.
"Kongres itu  menggunakan cover pelatihan pembuatan pupuk organik. Di hadapan publik tertulis pelatihan pupuk organik, tetapi di dalamnya ada Kongres PKI kesepuluh,” ungkap Alfian.
Menurut Alfian, Kongres PKI Kesepuluh menjadi kelanjutan dari Kongres PKI Kesembilan yang digelar di Cianjur.  Pada Kongres Kesembilan digunakan cover pertemuan koperasi. Sementara, Kongres PKI Kedelapan digelar di Sukabumi pada tahun 2000.

Kelompok komunis, menurut Alfian, menggunakan tiga arus besar. Yakni, partai ilegal, penyusupan, dan gerakan bawah tanah. “Saat ini ada Liga Komunisme Indonesia (LKI) yang dipimpin Begug Sastro. Ada juga Partai Demokratik Patriot Indonesia (PDPI) yang dipimpin Siswoyo. PDPI ini sebagai suplaiyer kader PKI masuk di DPRD I, DPRD II dan DPR,” ungkap Alfian.

Lebih lanjut Alfian Tanjung menyatakan, pemberangusan gerakan PKI sulit dilakukan karena berbagai kendala. “Pembahasan di TNI hampir terbengkalai, karena dianggap masalah sepele. Kalangan akademisi juga beranggapan pusat komunis, Uni Soviet, sudah bubar. Di sisi lain, jika kita sikat orang-orang PKI, justru akan menimbulkan simpati dan akan memperbanyak anggotanya,” pungkas Alfian. [gebraknews/voa-islam.com]

Rabu, 09 Juli 2014

Cara Membuat Postingan Blog Otomatis Masuk Ke Facebook Fan Page

Baik kali ini gw akan berbagi ilmu kepada teman2 yang udah mampir, mengenai bagaimana cara postingan blog yang sudah kita buat dan publish itu bisa langsung muncul ke facebook fan page kita. Dengan demikian, kita tidak lagi dengan susah susah dan  tidak banyak membuang waktu untuk mengeshare postingan kita ke facebook fan page. Lakukan langkah di bawah ini yah  ^_^
facebook rss graffiti
Perhatikan & ikut langkah berikut :
  1. buka akun blogger anda.
  2. buka akun facebook anda,
  3. buka akun google feedburner dengan memasukkan nama blog anda terlebih dahulu here dan dapat kan URL Feedburner seperti : http://dunia-muslimat.blogspot.com/   , lihat video pembuatannya jika bingung di mychannel
  4. jika Sudah punya url diatas langsung aja ke facebook rssGraffiti, 
  5. langsung aja create publishing plan dan masukkan nama plannya terserah,
  6. kemudian pada sources - Klik Add New, serta masukkan URL Feedburner anda, 
  7. setelah itu ke Target, tambahkan facebook fan page anda. Postingan blog anda akan dishare ke facebook fanpage tersebut. 
  8. setelah itu, jangan lupa klik OFF untuk membuat ON (menghubungkan feedburner ke facebook kita    hidup). 
  
 SELESAI.
Bagaimana mudah bukan membuat Postingan Blog Otomatis Masuk Ke Facebook Fan Page? Oke...Sampai ketemu ditutorial berikutnya :) 

 Sumber :
http://mytoptutorial.blogspot.com/2013/10/cara-membuat-postingan-blog-otomatis.html

Selasa, 08 Juli 2014

Melacak Jejak Stan Greenberg – James Riady ~ Dibalik Politik 'Pencitraan' Jokowi



data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBxQTEhUUExQUFRQXFxgXGBgXGBgUGBcYHBcYGBgYFxcYHCggGBolHBcVITEhJikrLi4uFx8zODMsNygtLisBCgoKDg0OGhAQGywkICQsLCwsLDQsLCwtLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLP/AABEIAMIBAwMBIgACEQEDEQH/xAAcAAABBQEBAQAAAAAAAAAAAAAFAAMEBgcCAQj/xABIEAABAgQDBAYFCQYEBgMAAAABAhEAAwQhBRIxBkFRYRMicYGRoTJCscHRBxQjUmJykuHwFSRTc7LxMzTC0kNjgqKztIOTo//EABoBAAIDAQEAAAAAAAAAAAAAAAMEAAECBQb/xAArEQACAgEEAQMEAQUBAAAAAAAAAQIRAwQSITFBEyJRBTJhcZEzQqGx8BX/2gAMAwEAAhEDEQA/AMhRNTlHGI8cS0w4IFVHQvelaCGDpBXcA+cSMckgMwA7A0RsKqEoU6iw7HidXTUz5iEIPVO9mvfjygDT334CUqoApQTo8dJT+njYsF2OpggPJCy1ypz2nhFiptn6ZKW6CUE/y0+0iI86MbEj5/6IM5V4AnztCnScrXBcPbUdo3GN8r8GpFgJVKlngCkDwIEUDa/ZLK65MvqtuJLeJeLWa+ykomelJ5xzeCVFRrmK6MZmdzqQNzkeHjF4w/5PCQCohI1uMx+APKNvIo9luC8GbpeJUw5gGT4DXwjYKfYGQzZSeJJAfuEM1mwck6JYn9anTwgbzI0klwY+tBGoPnDcW3H9mJlMsl1ZdXSQCBzJLvpuiv5kXcKJ4kg/o6b4KpWU4pk7BqqUlLLCX5gGCCsQp+CPwiKxNQxsX8o4ESjLxpmyYPUAYZSHROarvuA+cra+6OZdXLB+k6qN6yFEB7C7M5Lb4G4djBkYVQJEozM6ao2UEsE1KgbMX9KCWGV/SywuZnloLhgrMlI0AVoQDxZhvhbU6rJivjj58m9LocOX3N8/AxMxSQZalSSpWV2CkLRn+6rLl8SDEigqZJSDPmypLmyVTEO3HW0R8ewhWR6ZYYC6FMQd9i1vuuxiqYbtjIS/TUqFzGA6UpQ5beUlLA9kYw5pZ4ex/v5N5tPgwu5r9EjH8Ppsp6GolKKfQImIcj6kwEjNyUL8uNfExzlUohaTZQN0nt3jyMS8R2kXNJCJdPLQ5IJlpWo3cEkhvKBs+sVMUkzFhTDKClCEhtwOUXHxh3EpJVJ2JZ3jlzFUGZWIrURLV1VtqAVBf2k8OyDqtlpmTOueAP1zEVhCQoZVE2ulQN0ncQYn0c7KDLmJldJfKtdhMH31Oy+RblGcyydxZNO8KTUo2/2GqjFZRkCTN6VaQOpMZIUSNwBU5SW1LRWKiaFF8iidBqB/fvjzAymfUDOOq+juw3CNdw2hlBIyoSN2g9sAyZliddsPDC8kW+kZrLxeehDIC0jkfY/xgXUY5VEkmbOH/UoewxruJSpeUunyDRWKmlknUCKhmj3tRp4pPjcyiS9oahKcnSKKPqliPHXziw4NtzKSU9LJCFAMFoDsPJQ1OhMSZmGSeAgZW4JJVpY8ok1iy9qvyuDeN5sSpStfDLqjEpNSAqXkmsG9NbpHBiXSOUd0uBSllRCEAgE5BmYvvJYncdIyiiWqnnBSdUlw+8cC0aNVbQyDTIWMyFHrNnVmzOUqQFJDhIAccXELT0uSErUm0Gjq8c47dtSDtPX1EpIloElKU2A6OcW7+ivHsUk7QJNxLqlcxUTUg9iQWAhQSpfIO4/BRsMw5U1QSHDh3Ym3vi1UWxiSHUV92VI84cwai+jkrCrlABADKA13bni0UiQUZVEFTl3uU8s0HyZHu4MQSSRV8S2LZLyteCnc9h0iFgWEAlUtX0dSlaVJCrdJLvnSizZxrzEabRyfosrnKC9izHjaK5j9Ay0rQlOYEMssClrg5lEBuJJjKyPovstNPQGSgrISo29TT4xKKAQkLCApvTCRmHZYwHkY6ifLCOkCFCzO6VHcyhZSeDG7wXoqeYQHmob7v5wJ2UkkuQpRUKkJDLVZ9es77mO60CNo5AMsoILFOUspQ3asDBhFYmWllLHs8oDYrOM4Hox1QHKzZKRvJJ3RqzC75AdHgEuWKZQCU9VSVkBzMLpbOxuXfxMW6nnJypB9YsCxTx1Cr7jFPwPFZKZ6ZQ6ycoQmYbZlAvZ9xcsYtNRUoROBJFk5QTYObluNmiTvybik+iXUrKCMvXHFvI25ecelIUA6SkngQSPAtHEqaks67cAFH2PBWkUAk5W7fyOkUrKkkiuYthqFhlgK4HQ94+MZ9R7BGbNWCtEpL9R0leZ9wHZxO6NTxJi5MBEVAlTLJz9UnVgNA9tdW74uMmuC/FmZ7b7EfMUy1icJqVqKfRykHLmBFy41ioZYtG3GLTp0xAmqsAShADJQCogEbySEjrHWK0iYQXBvDUbrk2uVZdKpKDhmGBbaVbFwlQ/eT6JPdAWlr6iW6UzFAHelYcto7GLXS7RfNsMw5KkBaJgqyp2OlSRoQx9KOJVPh9ZZI6KZwQejV+D0T3CCOK8o5ryyVJcUCqDaarlv1woZcoDOnfcpAsoE6jdAzBMGlFal1SyJSb5Q5Usl7Cz9sHqvYKem8tXSp4HqKbm5Y93hHFBgC0rabfghOYl/tOBaMejGnt4v4NrUydb+a+QPi9JSelTGYjeAsOnsvcd7xBpZYQXZC1faByjui4VGzPrLmSpQ53PhEedJpZQYpVPV9odGjwFyO+CQjtVJ2YyZN7uqAVNLnTlFKWDfUls3eRYdpix4DgKFKKJk0zFNdIuEA2c6PrA2pxCYsZEshGiUIGUDkw1ibs8lUmoQpwA7KBcWOr+3uiZFPa67Kxbd63dBLZfZsSEzFqGdYUoIawIBZ+9oLL2k6JPXEhJ4GYUns0gzInJQohLFINmII46jthyepKy2VuQUr2AtHG9VOVzOxs4qPRRJm1q5pI6MAX0JXEepxcIYq1VdjqBuAG6L3OpkszePxMUvaGlSZpKgCNBB4NPxwZaaBf7clK1GXmdPxCFPnApJQUm24vDowpJDpVl7CoeVwYjSqJKFEgg8bNB1s8Aff5KxUTFKWwd30iVJWVqTLKmGl4suzGHkTDNCWTmOZRD66AeTtErHdnBm6RDJ4hrJ5jly8OEZnrce/wBN/wDMJH6dk9P1V/H4LRhNPTIkoSU5iBro8KKRSbQTpSBLKHKbOQSdeLx5AHpcnyLepEOYBS9JIpwhJUvokghId7DWDFRs/PlFKujAUr1MwUrtYaCBGEfKKimpaeRTSkqmiUhMxa7JSpr81eUKb8onzda1Svp5ywHWv0R2chwFofeONtszGWVpUg7iCKmQlPTJlSUqIAUVpZ+ZJt4RXcb2jp5XVlq+dTtCbiSk8A15ncwimY5js+rmdJUTFLVoHsEjgkCwGnhDtFSkB2udTv7IpY43wEaaXuDqdpQuXknSEhgwKAxG/eWHZBTY/FJS1KlzCUJCfo1KUpQzAvkIQHLp4O0UmdNuyeLdpi1S6FFMmQlRPSTZUyapiykpKgmWQ2mYBR7AItY1dklLijWF09HS04qJykLB9EIOYLV9VBd1dtm3tGb7R7TzKosWRKB6spPojmo+urme4CB2L40ucU5yAEJShCUhkpADdVI3q1PE8mAFTpObrLdhYJ3m+/hBNqXQsk/J5U1hdka8Ru7OcWjDNrV9QVEvNl9ZLOdzlJs7c4EUtAwcgJHn3k6QpcrOWQH0dStB3cS+nOKljT5kEjN9RNPwTaiVMBEpJUzOGykPo78W8oMS+nmejLYc/jGd7O4LMXONPKmKSVdZeVRQGTZ5iksogZiyAwvdzca5LmJpKcdPOBCAAVqDE8AA5JPiTAYYVJ/gJqE8VJ9vwQBs+td5qwOSR74B4rjNHTdWSgVE36yjmQk8zopuAHeIDbVbWzKl0S3lyeHrL++Ru+yLcXinzZ7Ft/68oZjiiukKOUpdse2nnfO1Fc9TrIYMGy8AlI3D+8UmowaYm4AV2WPgfYIsipl7a+2O0yFE6OfGNOKCQyOKo6mUQXQYXnHVSmtcaOfnTAfrhE2nxJElJSiUlLalDB4LUGEpm0FJmWpBQqrHVAOtUt3fshpWy43Tz3oB9hhHL9Qw45uEnyguPQ5ckVOK4YNk7aqSoApJTvcuru+EWOVWIqEOCSCLsSlQ94gOvZU/xZZ+8gj3xzK2bmoLy1ygeIKkHyEUtfp3/cSX0/Ov7SNimz60daVmmjeCev3fWgXLRLVYlTjUHqEHhd4tMjCK9RZCgs/ZXm9qYmy/k8rakgzxLlt66inN/wDmHPYYZx5IzVxYvPHPHxIzqrkEG5F9G/PSCWCImFSEypfSLJ6qWfMezeO2wjWML+SalQc09cyerUh+jR4J63/dF0w3CJFOGkypcsfZSAe86nvg1A7M+xOiMpQlqH0nRoUtvRBU4ypO9susRJdZ0QJ6Msd4Yk+bxdtqsMKmmoS50W2uUOxbe1/GKTXzkJDqsI5GfHtyPg6mnnuxoq2MViC7fOJfM51DufM0V1FWkEvNUocFNfxDwVxdKVElCl+IbygMmSXvDMEqJNtPgeNSVWTodPhHGHVaDVIlLBYqCS5yl+zg9osWw8n6TOEjMlRFw9m3cDGnhOYAm/beGo6VTg+exWWqcJr8FSVKTlygAJZmFrQOnIMyUpLsq6X+0Dr32PfF+XSS1aoT7PMQJrNmx1lSlEFRcpUxDsE2LcANY4s/o+fEt0Xurn8nZw/WMGT2TTV/wYbWOlagsdYFi4cv274UaDUoAUQpIzAsXAdx3QoYX1JruJf/AIsHyp/4KDRbMVMyUmZKQJqSAWlLRMWlw7KlpVnB5NEGpoZsstMlTEHgtCkf1CD2H7KoVKlzDUy0FSUqYlIIcPxdxD9PjVTLCkIrKhUo2DrNx9lySkdhEdHhs5ClJJAKioHYkhuF/bBKqJShhYm3veHx2xwtYJG+N0Zc23bIFBKSlXSLBUhFyNCq+nfp3wb6Vc1a5068yaXPBKRZEsfZSkACIRTdy5Dgs28eiB2G/bD8upzhxYl9fDxikVJ2IEZieFgG8TBDD0BjMXb6oO7S+kM0dGCAXAY3BG4M9yYmS5HSlzaWLDcVdnDmY1Vcsyoub2xGy81yTllJ1PZuHEwcwqQkAKAZI9AX/EeKjEZNISoBmCdBoAP1v5xbqMS6OWibMAVNIeTK4f8ANmfVHD46Ac3kdLo6axw0kN8+ZeEFcJkysNlKnzv8ec3UGrB2QOHFR3OOT1DHMamVK80whh6KR6KBfTnxJufACFi+JKmKVNnKzKO/gNyUjcOUCApUzQEDR9D+UMRikqRyZyc5bpdseqqxKbB1K3Afq3tjhNEpfWmEAcOA1iZR0iZd2D8dT4xxUTcwy8e027teEaMnFNLQPRGodzq3uh4rb0fIH2nUw2iaBZlKPcPJ3j0TFcEjvKj5NEIHcFV+40/36v8A9qZD4VEXCD+40/36v/2pkPS7kDjaPIfUFeqkj1f05JaWL/f+wzg+CzKi4YIGqjp3DeYttBsvIljrAzFcVafhFvGCWG04lykIHqgDv3+bxJeO9pfp+LFFWrZ5/VfUMuWTSdI5lS0pDJASOADDyjoGOc0eJN4fqjnjkKPI8mKIFg57WiyHUVTaDZ6USSkpSV+oSA535QfZB2fLnKtnSh/qhz4mAy9k0lRUqYpR3k3V4kwPJjjNVI3jm4O0zO8V2QXLdWVQT2ad+kD8O2fM2YEJtvJ4DjGsSsCSg9Vax2n4Q3VUuRSpclIC1AZ5gABHAAjTt5wOGmV9jMtXcaoq9NRU9N1MwChuYqPewsYlJxchQCZSzLa6tC/JO8eETUYQEs4D7zD7JHdHQj+BCT+T2XMCg4fwaOFzGEOdOloiLLpNxGzAOrMOlLWVEXOvg0KOJ1QH8PZCgTxQfhDCz5UqUn/JiFD6CeqNNWv4tBCXmIslu2INHjctEtKTmcJANod/b0r7Xh+cL0H9RE7oFN6XgPzh1EhKQ5JPb8IhU+OyCespaQ25GYnkBmA74fVi9EW+ln2uM0se5UVRN6+QlJlI+t3Bh5kX7omU0pKASntux/tAD9tUrems8jLLf1GFhm0VMkkrzjgyX98aul0SO2Tq6LJLpzM1fLw0ftgvKp8ov2cLbg3CK4nbSkGnS9yPzh+m2zplP1Zy8ofKJb5+CSQXSl9Tw7XC0lOT5R1sOXTaeNqVss2dMpKVrZRN0IPrAGylf8t7N6zEaOYDV2IFRUtaipSi5O8n9acBaK/N2xkLUVrMxSlFz1AByAD2ADADcLQxP2ppyLZ/w/nDEIKKo5WbO8stzDEoGYXVoPAfnE9LBorUvaynSLdJ+EfGPBtdI3hfgPjGwNosc+dYxDlySbOW7co7LXMApm1MoveYNLZQ3kXeEjaqVvca6J8LRC7RaZaAlLBgOTRwQOZ8T7IAI2vkbwvtCfLWLAKkFIU9iAQ/Ah7xGRchKjnZMPkKAdlVZbTSqmGCGyFR0tZKlsLKJJBzDqpCrFuafOASqhQoabKsJJNaWIdz86Xl3W/ODXycTSa2WCoFkzGAsNHFmva1+EcWWGD1Lk/lHoMUpR0HHw/9mwiETDKDcw6Y7B5saKutyh0RGXax0/WsKTPaxIt498SyiYTCBiAuaekHDdEhCjviyHs5fWEeKVDE43j0LiEHRMhkpAKuZeOFTr6CFOuOFotEBWILYs8ClTQ8S8Qmpc5ReAhU0MRBscxKYnKz9whnC6fquSrk508oH1k4Zrm0eVVa6GQC5tvjRB0zU37T7YUD00p3rblq0KMmjC3jyFChc0KFChRCCjuVLKiAASTuFyY5AjStk8GTJlomMkzlDeHKHe7nQNGZOi1ye7J7Dy0I6WrBJIcS3YAfbbfyi201fTSkJEtCEJdgEgDSz82hqbKWsesQzEmAtXTkzOoDYB2tutbjoPCAOSfYRRDeM7NU01JUqVLUWcEMk+IYmMt2i2YXJU6AVSzvt1eL8o0OnrZoBQRppx3+MRKicpQUhadQd1uxzp+UXGdFSiZK0eQV2ho0y5vV0LniOwQKhhOwYoUKFEIKL7Kr8yEAeiiWC/EhOnY4ihR9F4PRS/m8nqIvKl+qPqCB5E2qQxp80cUt0lZTlYnMlUNFlD5jVkkpzXFUpvbBTYPaVSq6QhQQMyilwGN0KbzaLUadLABIYOwYMHuWG68NinSDmCUhQ0IAcdh1hWWli8nqeRlfUWsPpV8/5NBWWvHcuY8Z+qcv6yvxGOOmXuUrxMNbjnWXasnBJYkPAaasqny0h7m/Aj9PFQxXFhK9JasxFhmJMAEY/OmTBkJ5AEvfm44ae2ByzJBIxb5NnqksoAbomJMZTIqKosVzHYgZTnSrdY3cd294InaVUpKjMJWkauVXIYEA5srg6uIys9+CnGjQJ6YjvGVzdos5JClIF7iYq1wMy0PZN7lNhvG+O11MwH/EX3LJ8C8EWVMxTNWl041JcwqpFrcIxvF6qaZSmmzQW3LUPYYy+fjdUFEfOaix/jTP90XHJbNxhZ9H1qSHLa8ortXUZAXD8GjCFY5U76ief/lX/uhtWLTzrOnf/Yv4wwsgPabKZ2Zz5R6gBatWSm3fGK/tGb/FmfjV8YX7Qm/xZn41fGL9UqjekzGHVSG3XEKMG+fzf4sz8avjCieqiURYUKFGCxQoUKKIWLYfDUz6gBQcJDtud7frlGn0uENPJ3P/AHjPPk3nBFQSS1g3jd+6NflavvhfM6C41yHaGSkDQRITh0i/UDnU/wBoHUk94KByLMO34CE07HdpFm00tA6qEjmznxMVHaGjCwogAFibb2i51EokGKpjcvK/WBN+2IrTI0qMa2ozKYkjqkg8n0PG7eUV+LNi6QTOCg3VdxqVBViYrUdKDtHPfZ5ChQo2ZFH0tgqf3aR/Kl/0Jj5pj6bwUfu0j+TL/oTGZEHSmG1CJKkw2pMYIRimOpMk+l6qesr7r+HKOl21h/EFp6MSk+t1lnjy0tAcuRQTZqGNyaRScQk5lKWQC5OUN6I0Fzq3GHMMpQC6utpuNz2lwd2ogtPljQBoJYdTIOrqOup17HjnRybmdF49sQJULawt35g3J4h1C80vKFMft5UP525WiwYrh/VJdPLcYo1UhOfKoFN9QWI8dYIpe6gTxpxtAHE5ZQs5ideqoMFPxYFjYmwsQ/ZEvAMXVlUkuTLbeSFJ0yvuI3d8LHJYBup9/BxuNrd472jmmkoVLYJKluMoBCkuAznK1xcW4w2uhZlpWRMlukulQcRleLyMs1Y5xouzEx0TJZ1So2cFgbWbc4MU7aqQ0084tOmExd0VWYLxxEiqREeGYu0CmqYoUKFEBnrwo8hRZBQoUKNEFChQoohYdiyOnufV38iFe6Nao6s5UiztfwjFMDnFM1Lb7Ro+z08qmqBNxx8PY0L5kFxvkvNNiMtBZZI7N0E6fHZSwyVAxT61ViN5t+jA+jdCg2W+hSXChxBGsLRjwObi37R46UIZGpimCtKnUogq3wa20o5n0apadZZABIdSjZgOwwNGFz0JkoWEZgS6QEqGvEC4ZrGCJKjMm7KRjks51ADMpYZhzDgjn8YqJDFjrGm4zhxE5SiGWUBzufQtzjOK+XlmrTwUR5wxilYrkjRHhQoUGBij6ewQfu0j+TK/oTHzDH1Bgg/dpH8mV/QmMyKZJIhpQh9QjhSYyVYExtbdHcgOSW10Ye0w/h0wZFKb0tHLsNPdA/aZbKDuwSe8vp7IZM8hIAswjja2fuOlpIWrJygCdIl01iIrpxMpPGHZeNaQrjdDk4NoM4lKIfjviiY7IuVEnW9/ZFpXjYIZrQJqgJpIGp48d3nBou5WCSqLsATpZKOqVLFiXAV2HVwX3+yHaYHIAJKCrT0SgsbEso3O99wj1FSZSmBbtDgDtaDCKhK7SlJchlrvnU+qUdU5RzjpRZzZLkg7OSQJqlcXQRzsoN4K8uyAu21MyngnRSVSq6WgkkKCspYhwxLXDWL87iw0hzbeR1XjUlSsvE6kZtVy4hqRBarl2iCEWgsJcBZxTZEMeQ6pENGDLkVkqYoUewohk8hQoUaIKFChRCwzspJQqf8ASFQCUkjLrmcAd13i9YbTFE8Kext1d44+UUjY0g1SUn1gpI7WzAd5S3fGhDqziEuchfuNveIVzdjGKNqywzcFExLG4N30J11I11HhEqjw6XLSEIS2VLJJuoOSSAoudSfGFgWMADKb5ePlEhdZmWnK3pAv374VUhjaEcZR9HKUfVKr8Gtv5QKlKlIBULndwESMZxiUJHXOYcPbFXrZ5Esg2IAKTpmSdH57u6NUWDcemlc10neLcXLH2+UZdiinnTD9tX9RjR5S7p4mw7wfjGa13+Iv76v6jDOBULZ/AxChQoZFhR9SYGP3aR/Jlf0Jj5bj6mwP/LSP5Mr+hMZZGPqEcGHlCOCIyUAsepUnKo6j3XvFcnEkloueLoeSvkknwEU1ExAZy9hv5Rx9fD3qjqaCXDRCVLMPSKBR9VZ7ATElWISxcDwiBW7RpAO73wrCEm6HZuuSTIw1ZUwQsHmA0c1A6JQPCA0zahbfRqYb2d/EmFTz5lQS5ccT7T5nuhlY3F2LuW7g7rpoJdJtbfccD2wOlz1JUWykcbu3NtIj1qVSiUcW7r3HLfbnESrnlIBIJB9/GHo9CWz3UWih2oC5suUpJYKACnuCeqwb1HYtyHeY2rkPKimbK0nSVUptASs/9Fx55Y0LG5byjGu0yZqjNbTJ6hFiIHhNjBepSyiOcDZibxIPg3IhrRDExETiiI84QZMFJcEUphQ4Ux5G7A7RmFHsOSadSyyQTGzJwhLwRk0qLes+9z5NBfZ7BECcjpykh/RL5TyUxvBH5SMMkSZkubSpySpyHyC4lzEnKtI7284w3ZaKsuX0S0zJdilQUN7EEEHxEa3RlE2V84QSM6EZkkavoQeTMeYMY0qos0W3Y7a1MinmyJtwyjK3sSDmT4sfGB5IuSC4pU6LjMBAJT3+R90WDA6YTEOd6SPENFdw2pEwAjePIwfRPMqT1ASQwAFyToBCfTGr4K/NwUomFKlKIB3lw27WDGLdHMklKT1kpDDu/KK5jOGV9Qp5q0SJZsEhQzNzI1MFcEwWXTodK1rWPSuSLXLcINKqK5ZV8dmGUkqFim4fiIzyYpySdTeL98oNQMjj1z/eM/g+Fe0VzPmhQoUKDARR9T4GP3aR/Jlf+NMfLEfVGBf5an/kyv8AxpipEJShHCocVDZjBBqYlwQdDaMbx+WuTNXLzKPWISEpdRAPwaNmIik7SUzTlsACWL72I+LwrqpbUpUOaNXJopGFTZizkKVJJDuoGzbjweIFbLWZqkhiE8XYxdsOpQFM4J1/QgTUIEtZzDfuvCccvubSOjOPCTYI+aLKQywTwyMPbBOjEyWCQyfM+e+JgqUN1WiDUzucXvlLsHKKRDrBmc3J1JNy/OIk2UVsnc+vcfyidM0eI6FC/jBYvgHQZ2BpWnrLehLb8Sh/tMXarQ6FDlFS2JxuTmMgpyTTcKP/ABBchPaA45tFyIcHshpKlyc/JK5tmTYtLaYrtgRPF4s20kpppiuVYvGIdjHaTIyjDM1MOLjlUHRlkYiFDmSFFg6CcrApaQ82ZfgnTsfWPKyvlSwBIAHG7vz7YCzqgq1JPbHCEEvyDxugBIXXrURdmIIbiLiCWO1ylSpSCp/SW2rOWF9dH8oBkNCJi6LFCBhR6ExZC57IYowAJ0YHs3Ro+EVeZeXcOsCdOHvjGNnl/SEOzj2RdqfF5iAGOnnCOaPu4G8UuC+TsDmTV3WyNeLdkKtp0UlOplZlcYE0u13VYxW9oseVNsHaMpN8BW0uSr7Z4h0ikj7xPeYrcH9rafJ0APpGWVHvUW8hAJEonQOYdgqQjJ2ziFD86kWj0kkdot4wxG7Mij6owP8Ay1P/ACZX/jTHyvH1Pg8wJpJClEJSJMpySwH0ad5ipFMmqhowBxHbWjlf8ULPCWCvzFvOK1iPyl/wZHfMLf8Aan4xghoC4q22iQkIXvuk+0f6ooeJ7eViwWmJlg7paQC33i5is02ILXPSVzFKzHKSpRUb2DkniR4QLLDfBoNp5bMiZcMGxROacpXpMkD7t4h4hjiHNnUbBg8N4XTZSvPvPczRErpCEqzOjk1+6EYxjvOtNurGZM5SXO4klvhHvTlRiNPqwTlAJPIfGJlIGBJ1g0lXLAXfA7NnWiHMUSGDkmzDeeEOVEwRc8E/ZyFJJlKVMQygozF3PEpBa2unCMqSj2RqTToFfKNgqaaXh6k2X0KpayLOZakqSrtda79nCFg+3S0pCZyOkYNnBZR7QzE84sHyiYVNrpVPMpZcxYlBYMsJLnNl6yVaEjLpzjNDTqlqyTEKQoapWnIrwUxh+MoTXBzJRkuw3juKy5ysyQoclAe0GAlUm0cTTlPKOkkM36d4y8KTtG4ZqVMhLTHET103Aw0aQjnE2tG/UTIcKO1SzHsSy7QLSHLQar8JTKkBfSJWskOE3CUkHU8XbuI4sC2DUCKeQJs0JVNnhpaV2TKkmxnL3hRLZWY2ffFYXOJGRL5Tu3neH74IAI6lP7I5iwYfhKU3mAFXDVI+MFEhI0SB2ARl5Ei9oCocJBTmW99Ei1uZiZVUeaXllhr2A3tx4xJqJmW7Pxh+UsEBQ0jG59l0ivYVKyzpZWGSVhJ5PYnufyi5TqYpJSoMRFfqJYU4O/yjSKSiFVSImqITMCOsd1rKfiHBvFS9yNQltZTKe7wQwjCjPmAkdRJvzbcIumyWxMldP09TmZYdACihkblFmNxduDQTRgiED6A5kgMxNwPfA4uKfIWd1wYt8ok4KrFJHqISn/V/qiBs+h1u1gC8cbTTSurnk/xFDuByj2RK2eSXIax1PBoYl0LR7DRmEFoiVWCy5nWug7208I96crmEJ9BNu1W+/KJcDugvDK9UbPLHoqSryPnBObiM6YAmbMmKyhKcpUcoypAACdA0Tpi90BJiusrtPtjcZX2Dkkh/NCVMtDCVfr9fq8cTlxoyN1C3iKVNffHalQwoxCF2wvEEz0pJAzWChrfi3AxCrqFCFFlTEg3ypsB2Xiu0VUZS0rTqkgtxvcRoQmSpiErYKCg4f2Qhli8Mrj0zq4cizQp9ordLJAslLDfvJ7TDtSgiCdTOSnQANwgZ1lkAAkk2A3xlNydlyqKFh1CqdMTLTqbknQDeTGi/sKXJlJmSZYVNlCzhyriSNCrfDWymAiSgqLGYr0jw+yOQiwSiRYCGo4040znzztSteADK+Umb6Kk5FCxcNfs3RPpdohVqSmZIROD+ipAXbewIMUXGKgTJk8qDtOXLccUt73HdHOz+00yjfo2ud4DkcHhVqSdfA+oRlG/ku+2nyYylp6SlPQr16JRJQpxuNygg7rjkIyXEKCZTzTKmpKVhrHQg2zA7weMXeftlNnruSH0D6QfqsETilI1xUSgci2LfdUd4LeTwxjztSpimTT1GzKJa/d5FodzeXuPwMNTJSkKUlQZSSoEbxy8jHqT7vMXhwSEZgFiIUNKIPCFEogR+UJR+czg9hNCQOCRLDJHIcIrGHf4qe33GFCjHgJ5LEdDHcmFCgAQZqt8Q8FP+INzwoUaX2mX2Pq1740+gSP2WLC6CDzBWxfjaPYUUWuy840OpLTucBtzcGhymkpSLJSLHQAQoUKMbXR84bfJAxCqYAfSq90T8CH0KO/2woUPP7UJv7mOZABYAa6WhQoUYZpEcnrq7IGK9I9pj2FGsZiQlQ3MhQoIZI8yGIUKIQ9VF0wv/ACcjsmeSy0KFC2q+xfsb0n3EOp1gvsmkFd+EKFAY9Bcvk0qh9GCVGkPChQ8ujmMx2mHVqDvNVNv3mAk4XPbChQo/vkdaP9KJJo9RG97ED6FH8p+99Y9hQNfeVl/pmI7fBq+c1usg9+UQCX6PcP64UKOjD7Ucyf3EWSbfrjChQo2Uf//ZASATUNEWS – Fenomena melejitnya popularitas dan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi), ke puncak teratas mayoritas hasil survey, poling, jajak pendapat dan liputan media massa yang luar biasa terhadapnya menimbulkan pertanyaan besar sebagian orang yang melihat banyak keganjilan (anomali) di sekitar Jokowi.
Liputan media bagai tak pernah henti menyiarkan segala aktifitas Jokowi. Berbagai event (kegiatan) terlihat begitu nyata diskenariokan untuk kepentingan peliputan Jokowi dan mendorong popularitasnya hingga ke titik tertinggi. Tidak cukup sampai di situ, ‘pasukan khusus’ di dunia maya (blog, socmed, artikel – artikel di media online, dan seterusnya) seolah – olah beroperasi 24 jam untuk mengkampanyekan sosok Jokowi. Tugas tambahan ‘cyber army’ ini adalah membantai/menyerang siapa saja yang memberikan penilaian miring atau mengkritik Jokowi.

Secara umum, popularitas dan elektabilitas Jokowi adalah rangkaian kegiatan Jokowi yang didukung oleh peliputan media yang masif, intensif dan sistematis. Diperkuat dengan komentar -  komentar dari akademisi /pengamat kelompok tertentu yang merupakan bagian dari tim sukses Jokowi. Dalam setiap kegiatan Jokowi tidak lupa dikerahkan tim khusus yang ‘memeriahkan dan memberi kontribusi positip’ terhadap kegiatan tersebut.

Sebagai gubernur, Jokowi lebih banyak diarahkan untuk membuat program – program yang bersifat populis dengan menyelenggarakan acara – acara pesta, perlombaan, mengundang selebritis kelas dunia, kunjungan – kunjungan langsung ke masyarakat kelas bawah (blusukan),  pemberian sumbangan dalam bentuk uang dan lainnya kepada warga miskin, dan seterusnya.

Semua kegiatan Jokowi tersebut, yang sebagian besar menggunakan uang negara (APBD DKI), lebih banyak ditujukan untuk kepentingan pribadi Jokowi dari pada kepentingan negara, rakyat atau pemerintah DKI Jakarta. Acara seperti Festival Keraton Sedunia, perayaan ulang tahun Kota Jakarta, perayaan tahun baru, dan berbagai festival atau pesta rakyat yang menggunakan anggaran APBD DKI Jakarta tetapi tujuan utamanya adalah memberikan ruang dan kesempatan bagi Jokowi dan timsesnya untuk melambungkan nama Jokowi melalui liputan – liputan semua jenis media yang sudah dipersiapkan timses Jokowi.

Penciptaan atau rekayasa popularitas Jokowi ini dilakukan oleh sebuah tim konsultan politik yang luar biasa, berbiaya sangat mahal dan bekerja untuk waktu yang cukup lama, terhitung sejak awal persiapan Pilkada DKI Jakarta awal tahun 2012 sampai masa pemilihan presiden Juli 2014.

Pola atau bentuk kampanye terselubung yang dilakukan timses Jokowi ini merupakan karya Stanley Greenberg, konsultan politik paling terkemuka di dunia yang telah berhasil memenangkan 11 kepala pemerintahan (presiden / perdana menteri), ratusan anggota kongres, senator dan gubernur di Amerika Serikat, serta konsultan pencitraan dan politik untuk berbagai perusahaan multinasional raksasa (British Petroleum, Mosanto dan lain – lain).

Keterlibatan Stanley ‘Stan’ Greenberg dalam tim sukses dan tim politik Jokowi tidak dapat dipisahkan dari sosok James Riady, konglomerat pemilik Lippo Grup dan First Media Grup. James Riady dan Stan Greenberg merupakan dua tokoh yang sama-sama sahabat baik mantan presiden AS, Bill Clinton. James Riady dan Stan Greenberg adalah dua tokoh yang sangat berjasa mengantarkan Bill Clinton terpilih sebagai Presiden AS pada pemilihan presiden 1992 dan 1996. Keduanya juga tercatat sebagai anggota organisasi elit, Arkansas Connection.

Arkansas Connection adalah sebuah organisasi non formal yang merujuk pada sebuah kelompok terbatas, umumnya terkait pada daerah asal dan masa lalu Bill Clinton sebagai Jaksa Agung dan Gubernur Arkansas. Kelompok elit yang dijuluki sebagai Arkansas Connection ini adalah kelompok orang yang sangat berkuasa di Partai Demokrat AS dan memiliki akses luar biasa terhadap pemerintahan AS sekarang ini di mana Barrack Obama menjadi Presiden. Arkansas Connection merupakan mentor atau pembimbing Obama sejak awal masa pemilihan presiden tahun 2008 sampai terpilihnya kembali Obama pada pilpres 2012. Arkansas Connection diketahui banyak memberikan saran dan nasihat dalam setiap keputusan dan kebijakan Obama sebagai presiden AS.

Hubungan James Riady dan Obama selain ditautkan oleh Arkansas Connetion dan Clinton, juga hubungan historis Obama dengan Indonesia. Ayah tiri dan saudara – saudara tiri Obama adalah warga negara Indonesia. Obama sendiri masa kecil pernah di Indonesia, bahkan pernah bersekolah di SD Menteng, Jakarta Pusat.

James Riady sebagai otak di balik kemenangan Jokowi Widodo atau kerap dipanggil Jokowi ditenggarai memiliki kepentingan tertentu terhadap Jokowi yang ia dorong agar terpilih menjadi Presiden RI dalam pemilihan 9 Juli 2014 mendatang.

Sebagai konglomerat Indonesia, pemilik Grup Lippo dan Grup First Media, upaya James Riady menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI bukan hal yang mustahil, bahkan bukan hal yang sulit. Kiprahnya dalam tim sukses Bill Clinton pada pemilihan Presiden AS tahun 1992 dan 1995 serta hubungan khususnya dengan para elite AS menjadi modal besar sangat berguna bagi rencana besarnya menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI.

Rencana besar (grand scenario) James Riady menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI mendapatkan bantuan sepenuhnya dari mentornya, Antony Salim. Meski tidak secara langsung atau terbuka, Antony Salim membantu James Riady melalui tangan Chairul Tanjung, proxy (kuasa bisnis) Antony di Bank Mega dan Trans Corporation. Melalui bantuan Antony Salim, ratusan organisasi relawan Jokowi di seluruh Indonesia dibentuk dan dibiayai Chairul Tanjung dan/atau Trans Corp.

Antony Salim adalah putra Liem Sioe Liong atau Sudono Salim (almarhum), taipan terkaya di Indonesia yang dikenal sangat dekat dengan Presiden Soeharto pada masa Orde Baru. Tidak dapat dipungkiri, keberhasilan Grup Salim menjadi konglomerasi terbesar di Indonesia karena kedekatannya dengan Presiden Soeharto, yang memberikan begitu banyak kemudahan dan konsesi terhadap Sudono Salim/Grup Salim.

Hubungan Presiden Soeharto dan Sudono Salim merenggang ketika Sudono Salim sebagai pemimpin para konglomerat Indonesia yang tergabung dalam Yayasan Prasetya Mulia menolak permintaan Soeharto untuk memberikan sumbangan sekitar 2,5% dari laba bersih perusahaan milik para konglomerat yang rencananya akan digunakan sebagai sumber pembiayaan dan pembinaan usaha mikro, usaha kecil, koperasi, dan usaha menengah kaum pribumi Indonesia yang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan kaum nonpribumi yang mendominasi sektor ekonomi Indonesia selama puluhan tahun.

Antony Salim adalah mentor atau pembimbing James Riady. Dalam tradisi Cina, Antony Salim adalah “toako” bagi James Riady, sebagaimana ayahnya, Muchtar Riady, mantan Direktur Utama Bank BCA (milik Grup Salim), yang juga direkrut dan dibina Sudono Salim (ayah Antony Salim).

Antony Salim dan James Riady disinyalir sebagai inisiator yang mengumpulkan seluruh konglomerat Cina Indonesia untuk bersatu-padu menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI mendatang, dengan mengumpulkan dana bagi pemenangan Jokowi, menyiapkan jaringan media, memanfaatkan jaringan Cina internasional, meminta Stanley Greenberg menyusun strategi pencitraan untuk melambungkan popularitas dan elektabilitas Jokowi, dan lain – lain.

Pertemanan akrab James Riady, konglomerat Indonesia, putra Muchtar Riady (mantan Direktur Utama Bank BCA dan pendiri Grup Lippo) dengan William Jefferson Clinton alias Bill Clinton dimulai dari kunjungan Sudono Salim (ayah Antory Salim) dan Muchtar Riady ke Little Rock City, ibu kota negara bagian Arkansas, Amerika Serikat, pada tahun 1984.

Kunjungan kedua taipan Indonesia ke Little Rock City pada tahun 1984 itu disebut-sebut bertujuan mencari sebuah bank yang dapat dibeli sebagai wujud rencana perluasan bisnis Grup Salim/Bank BCA di AS. Menurut laporan penyelidikan gabungan Kongres dan Senat AS, alasan yang dikemukakan kedua taipan Indonesia itu sangat absurd dan tidak dapat diterima logika, karena Little Rock City bukan merupakan salah satu kota keuangan atau kota bisnis di AS.

Laporan penyelidikan Kongres dan Senat AS terkait skandal sumbangan haram Grup Lippo untuk tim sukses Presiden Bill Clinton (Lippogate) lebih lanjut menjelaskan alasan sebenarnya dari kedatangan Liem Sioe Liong dan Muchtar Riady ke Little Rock City adalah untuk menjalankan misi khusus, yakni mendekati Bill Clinton yang saat itu sudah disebut-sebut sebagai calon pemimpin masa depan atau calon Presiden AS di masa mendatang.

Sebagaimana James Riady, Muchtar Riady disebut terkait erat dengan badan intelijen Cina, sesuai berbagai hasil penyelidikan pihak berwewenang AS yang membongkar sumbangan haram dari Grup Lippo kepada tim sukses Bill Clinton.

Pada tahun 1986, James Riady ditugaskan ayahnya untuk mengelola Worthen Bank di Little Rock City, Arkansas, dengan tugas khusus melakukan pendekatan pribadi kepada Keluarga Clinton. Bill Clinton adalah Presiden Ke-42 Amerika Serikat. Ia menjabat dua kali masa jabatan periode 20 Januari 1993 hingga 20 Januari 2000. Sebelum terpilih menjadi presiden, Clinton selama sekitar 12 tahun adalah Gubernur Arkansas, yang ke-40 dan ke-42. Istrinya, Hillary Rodham Clinton, adalah senator dari daerah pemilihan New York.

Pada 1976, Clinton terpilih sebagai Jaksa Agung Arkansas dan menjadi gubernur pada negara bagian tersebut pada 1978. Setelah gagal dalam usahanya mempertahankan posisi tersebut, ia berhasil mendapatkannya kembali empat tahun kemudian, 1986, dan terpilih kembali menjadi Gubernur Arkansas sampai tahun 1990. Ia kemudian berhasil mengalahkan Presiden George Bush serta kandidat independen, Ross Perot, pada pemilihan presiden 1992.

Selama 1986-1990 James Riady menjalin hubungan erat dengan Bill dan Hillary Clinton sehingga berhasil menyusup ke jantung kekuasaan Amerika Serikat di Gedung Putih ketika Clinton terpilih menjadi Presiden AS pada tahun 1992 dan terpilih kembali menjadi presiden pada tahun 1996. James Riady terkenal namanya ke seluruh dunia ketika skandal politik sumbangan uang haram ke tim sukses Bill Clinton terbongkar, hanya beberapa saat setelah Bill Clinton dilantik sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya (1996). Skandal itu kemudian dikenal dengan nama “Lippogate”.

Hasil temuan penyidik pada Lippogate sangat mengejutkan rakyat Amerika Serikat karena terbukti uang haram jutaan dolar AS yang disumbangkan James Riady dan teman-temannya, terutama oleh John Huang (mantan Vice President Bank Lippo di Amerika Serikat), ternyata sebagian besar berasal dari China Resources Corporation (CRC), sebuah perusahaan berbadan hukum Hong Kong yang merupakan perusahaan kedok milik China Military Intelligence (CMI).

Nama Lippo dan James Riady pertama sekali mendunia disebabkan terbongkarnya kasus sumbangan haram untuk dana kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton pada tahun 1996, tidak lama setelah Clinton dilantik sebagai Presiden AS untuk periode kedua.

Skandal Lippo atau Lippogate berawal pada tahun 1995, ketika Clinton merasa sangat khawatir dengan pemilihan presiden mendatang. Partai Demokrat telah hancur total sesuai hasil pemilihan DPR dan Senat pada pertengahan tahun 1994. Partai Republik berhasil menguasai DPR dan Senat untuk pertama kalinya sejak 1954. Tidak hanya itu, Partai Demokrat tengah menghadapi masalah serius dalam mengembangkan penggalangan dana publik untuk Partai Demokrat dan tim sukses Bill Clinton.

Para pengamat politik bahkan mempertanyakan secara terbuka, apakah Clinton relevan mengikuti debat capres pada musim kampanye pilpres mendatang. Kekalahan di pilpres tahun 1996 tampaknya tak terelakkan lagi bilamana merujuk pada bencana besar partainya yang dialami pada pemilihan anggota DPR dan Senat tahun 1994.

Kinerja buruk pada tahun 1994 yang ditampilkan partai, telah menjadikan Tim konsultan yang telah membawanya ke kemenangan pada tahun 1992 sebagai sasaran kekecewaan dan kambing hitam.
Clinton memutuskan mengambil strategi radikal dalam kampanye pilpres 1996. Untuk mendukung strategi itu, Clinton membutuhkan banyak uang tunai dan ia akan membutuhkan uang tunai dalam jumlah besar secepatnya.

Gedung Putih sangat serius membahas tentang penggalangan dana untuk mendukung strategi Clinton tersebut. Semua pihak akan dilibatkan dalam penggalangan dana, termasuk  presiden dan istrinya, Hilary Clinton; wakil presiden, dan; seluruh staf mereka.

Namun, Demokrat menghadapi kebuntuan dari mana sumber untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar dalam waktu sangkat singkat. Partai Demokrat tidak lagi menguasai mayoritas Kongres sehingga tidak akan mudah mengumpulkan dana dari kelompok-kelompok kepentingan yang menginginkan akses dan bantuan dalam proses legislasi.

Akhirnya rencana baru dicanangkan. Partai Demokrat akan mengembangkan rencana kreatif untuk memperluas target donatur. Jenis baru dari konstituen yang sebelumnya tidak diperhatikan akan didekati dan dimaksimalkan. Kelompok-kelompok seperti Asia-Amerika dan perusahaan asing yang punya cabang/perwakilan di AS akan digarap. Sumber daya mereka akan mendanai upaya pemilihan kembali Clinton.

Selama 10 bulan, Clinton menghadiri 237 acara pengumpulan dana dan mengumpulkan total US$ 119.200.000! Jumlah ini lebih dari dua kali jumlah pengumpulan dana Presiden Bush yang diselenggarakan pada tahun 1992. Clinton akan berhasil dalam upaya penggalangan dana dan menang pemilihan ulang atas rivalnya dari Partai Republik Robert “Bob” Dole.

Namun ternyata, dalam proses penggalangan dana yang sukses itu, kemudian terbongkar skandal sangat memalukan, yakni Partai Demokrat dan Presiden Bill Clinton  terbukti telah menerima donasi/sumbangan yang berasal dari sumber ilegal. Skandal ini kemudian terkenal ke seluruh dunia dengan nama Lippogate (skandal Lippo).

Terbukti, untuk melaksanakan rencananya menggalang dana kampanye, Clinton meminta bantuan ke sejumlah teman lama dari negara bagian Arkansas, di antaranya adalah James Riady, pemilik Worthen Bank, sebuah bank kecil di Little Rock City, yang telah menjadi teman lama keluarga Clinton.

Perusahaan Riady adalah bagian dari kerajaan dunia bisnis yang beroperasi di bawah nama Grup Lippo. Bisnis Lippo mengkhususkan diri pada sektor perbankan, realestat, energi, dan sejenisnya itu dikendalikan oleh ayahnya, Mochtar Riady, seorang bankir dan konglomerat terkemuka Indonesia.

Salah satu eksekutif yang bekerja pada James Riady bernama John Huang, 51 tahun. John Huang lahir di Cina pada tahun 1945 dan keluarga Huang telah bermigrasi ke Taiwan pada tahun 1949 ketika komunis mengambil alih Cina Daratan. Ayah John Huang adalah seorang jenderal Cina nasionalis. Huang lulus dari Tatung Institute of Technology pada tahun 1967 dan menjabat sebagai letnan di Angkatan Udara Taiwan. Ia pindah ke Amerika pada tahun 1969 dan memperoleh gelar master dalam bisnis dari University of Connecticut. Huang menjadi warga negara AS melalui naturalisasi tahun 1976.

Karir Huang dimulai sebagai trainee di sebuah bank di Washington, DC. Lalu menjadi asisten wakil presiden. Pada tahun 1985, Huang direkrut James Riady sebagai Wakil Dirut Eksekutif Divisi Lippo  di Hong Kong. Setahun kemudian, ia pdiangkat menjadi Presiden dan Chief Operating Officer Bank Lippo di Los Angeles, AS.

Dalam berbagai kesempatan, Huang selalu ingin meningkatkan pengaruh politik dari warga Asia-Amerika. Huang melihat, Asia-Amerika dapat meningkatkan pengaruh Asia-Amerika di tingkat politik lokal, tapi tidak signifikan pengaruhnya dalam politik nasional.

Sebelumnya, dalam kontes presiden tahun 1992, Huang menyelenggarakan sebuah acara penggalangan dana yang sangat sukses untuk Clinton di California, yang meraih US$ 1,25 juta dari komunitas Asia-Amerika di Los Angeles. Ini adalah pertama kalinya Asia-Amerika sangat aktif dalam politik kontes Presiden AS.
Pada tahun 1994, setelah menerima bonus US$ 879,000, Huang keluar dari Grup Lippo untuk mengisi posisi strategis di Departemen Perdagangan AS. Ia adalah pejabat pemeritah Amerika-Asia yang menduduki posisi tertinggi.

Di Departemen Perdagangan AS, Huang menjabat sebagai deputi menteri untuk kebijakan ekonomi internasional. Dari pekerjaan itu, Huang memiliki akses ke sarana komunikasi kedutaan, laporan intelijen, dan informasi yang digunakan untuk mengembangkan kebijakan perdagangan AS yang bersifat rahasia, termasuk dalam hal mewakili pemerintah AS untuk bernegosiasi, diskusi tentang sanksi perdagangan dan kegiatan dengan pemerintah asing, dan seterusnya.

Pada beberapa kesempatan, Huang dan James Riady sering melakukan pertemuan pribadi dengan Presiden Clinton di Gedung Putih. John Huang diketahui telah mengunjungi Gedung Putih 52 kali.

Kampanye Presiden Tahun 1996
 
Pada Desember 1995, Huang pindah mengisi posisi eksekutif penggalangan dana pada Komite Nasional Partai Demokrat (DNC). Segera setelah bergabungnya Huang, kontribusi/sumbangan ke DNC meningkat secara luar biasa.

data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBxMTEhUUExQVFRUXFhgaGBgYGB0aGhgeHR4XFxcXGh4ZHCggHR0lHBYcITEhJSkrLi4uGB80ODMsNygtLisBCgoKDg0OGxAQGzgmICQ0NCw0NCwsLCw0NzQ0NCwsLCwsLCwsLCwsLC8sLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLP/AABEIALEBHAMBIgACEQEDEQH/xAAcAAEAAwEBAQEBAAAAAAAAAAAABAUGAwcCAQj/xABEEAABAwIEAwUFBQYDCAMBAAABAAIRAyEEBRIxQVFhBhMicYEykaGxwRQjQlLRBzRicoLwM3PhNUNTg5KywsN00/EV/8QAGwEAAgMBAQEAAAAAAAAAAAAAAAQCAwUBBgf/xAAyEQACAgEEAQEHAgYCAwAAAAAAAQIDEQQSITEFQRMiMlFhcYGhwRQjM5HR8LHxFTRC/9oADAMBAAIRAxEAPwCpREXnz6cEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAEREAERfdKmXODRFzAmwQlkjKSit0nhHwisf8A+NVtOkNJjUTYefGLKHiqBY4tN4MSNjwkHiEFUNTVY9sJJs5IiILwiIgAiIgAiIgAiIgAiIgAiIgAiIgAiIgAiIgAiIgAiIgAiIgAiIgAiIgAiIgD9Y0kwBJKsaGVG9TU6WCGgSIPEzwH+ijZdh3vqAMAkXvtbn04KfmVFzKzKWqG90NQJAfXexzHGGgw1o0HUdjrgTZTSl2uDB8xesxq/P8A2TTl9H7/ABDmB2mmymIIn2C8tbtD6j6jG2Mk6fXhmeBfQw9JmrvQA2k97vwmw1SLmXEuudnX4KoNXENxTDU09zVrFwZTnwuDAKQcTEthhItZ0H8qm9ns+didNGpUGhtSownTpDi0u0NcTBHh0nrMbrjjOEU08pdmFGeJ7unkrHtIJBsRuvxT88paazxII4RwHAG5uNlAUE8rJ7eqe+Cl80ERF0sCIiACIiACIiACIiACIiACIiACIiACIiACIiACIiACIiACIiACIiAClZfgu9cWgwYnaeLQfn8lFWg7OeFhNgXOjU5waIEbG8mZtHC8CJtqhukZ/ktS6Kd0XzlItMNhRSfVeSCXkAN9nSAAxxk7nUS6R0gTvEzbIadXGUsU4/4Id4BYOkioC6fwgvcNN5MDaVam9wGu2g64A2ffwQZ3vaVxdWl3hfT1OAEB1z4YAsyesWPkr+U+F6M8lKTm8yeTJ5RkeKoYciu9z3muwNDodoYHgG++otvGwBixlcsqYyi7EUwB3mpznN1Akhzi+m6AbeFxBtO0xZbSrV2aZbHPgDAnjJkt2J3vBscNm2Xd0+ti6YNWtVLG0xPsg92xw6yAZcdh5EmvDm5J8ZCPu4fyPkIv1zYX4lz3cWmuAiIgkEREAEREAEREAEX3ToudsCVNp5NUIk6Wjqf0UlFvoos1NVfxSSK9FYPyuPxjyj/VQarC3dddcl6FcNdp5vbGXJ8oiKA2FW4vPKFOxeCeTfEfhYeqoO2GYOc/uWnwgDV1JvB6RCrcuyapV9kW5lO1aVOO6bPOa7zcq7HVTHOOMv8AwaUdp2b6HR5ifgumF7RMcYLS0c5n3rjlvYx7nAOdbor+n+z9jWOcXkmCAOvNW+xpZmf+X1qaef0RHp46mTAeFJWRzHJKlAm8t5q07NYglpYeFxf3qi3TpR3RZq+P8zO61VXRSb6aLpcsRiGsEvcGjquhKw3abFOe++34egUdNp/at56Q95LyC0laaWZPov39qcMDEuPUNML9qdpKX4Q4+YIHyn4LGYLAOqHwtJjkCfku2JpkWIiP75rQjoavU87Lzura4wvwWeL7WVZ8DWtHUEqXlva4OIbWaGz+Ibeo5LKVAOEriVKelqaxgXr8tq4T3b8/fr/fsesMeCAQZB2IX0sF2azw0XaHmaZP/SeY6c1vAVlXUuqWGev0Guhq69y4a7R+q57P4Rr2mq5uoyWMkey1p025anAuP8yplBGa1qQa1mIYNMk0iL3OqCYib7dVbpfUzvOvCr+7/Y2xyujM91TnnpH6L8fgqcQGj3KnzDNq7MO2o1olw35TsVBwGcYpzCS6jWjcMcNQ6ECyuayYm7aXRzAUiKdR33bnQ1xP+G4wAZnbh6xsSv3EGRpPhIEWO5kRc789+I2mFme0jDVoamzzI4hcOz/aUuAoVR94BDH/APEAkik/kd9LuscSDFVb459Suc9ky4xrYfFthMeW309FwXTEPlxI2m3y4rmkpds9tpVimC+iCIqfPsYWjQ3j7XlyUqq3ZLaiOs1UdNU7Jf6yVWzWm3mfIfquYzmnEw74fqs2Ku+0qDVPVaa0VWDykvO6tvKwvwbKjndFxjVpP8VvjsrJeaNcZWyyHMgWNY6xFh15D6Ki/RqMd0DR8f5t2Wezvws9PrkuV2pYckTHOOq4q6yqgXUxNuXwuk64pvLNHyeplVBRh3I4YV0cPLp8LqNneIdo1Ndfjf8AVaOjhGjgvnE5MypwieITUJrJ5qdbx3yYTDZs/UNRJ5rQdwHs1NNnDnYqfS7GsHUKQOzhYIa86fy8L7q7MSnbJGX7otOk78jx8jxhCVf4vAuDIPiDdjxB81SYml4bciPWP0KXuqWNyNrxmtsU/Yzec9HnuHpGrWLnblxJ/Rb/ACrDhoEBYvJ6Z1EwbWhbbLMQYswnyj6pi3nhHnoPlt9l3hWwrBjbKCyqORBiVyGPeTDQPff5KnBaxneEDqbhHBec4UGnVBbsHX+RXqdKm4iHEEnhefLZYHPsK2jiS3YuItxnl71bX6plUm01KPaLDGmKbyPyn5FZTIcofj8WyjtPtED2WC7j58J5lbEMm3Oysf2S4RtF9appc9xhvhaTAkk324D3I0Tarlg2/OpO2tv5M2OA7LUqNMMYxoAEbfP3LKdqOytJzCAAHc16azE0nDU0mBuIg+UFUPaam4atNOREzPzUo7vQy8xfDP52zTJ30je4lVZC3Oe4/U4tc2N1lKtBs3Mc/jdNwbfYnbBRfBXwvQOyeLNTDjVcsOn0ER8CsAtf2EqeGq3kWn3gj6JbWRzXn5Gp4Oxx1aj801+5q2tkgczCun5RTLpAnefC287yYn4qkBU57y+m777uzaDa3Pfmk9N6mt5tcwb+v7FniqI9g7REcCoFPs7RkkNYDa4aGuECBDmRFrLlgcPVmHYgPbxBaDHkQZCmd+RImRwPHyU3mOTJwpYImYYcMY5pdPhI+axuW5E92mvMBrmuiJJhwgm4gW3v5FavHN1+Em3FfdSm2ncAgloZHAgSR0tJPquQscU8Ev4dWzSZFRESR7NLCwfrRJhVOS0hXrPD5hxIIHHp5K+y97g46Pa0u09DEyPcufZ3LdBrVyCTqOkAb8SU/pPdi5HmvOScrIV+i5/3+x2x3Y+kW/dgAgcVlcZkZp7thXWYdrK1N0G43LC0tjlBhQR2kdOtwBBFgfVOR3GG9jM+7DgHZcNUVGgcXN+al4jHte4mInkLKJXH3jP5h8wrMvBTxuWPmbymLjzWtoaQxo5N/v5rLYYDfiI8rmPetBhawgna9+ixFxE9P5KW+9L5IsAVIpqDRxlP8wnzU2lVBV1aM6ROpm6/asLjTelcK5lWOSDi9ncoWPqE+McJBHpb5H4LXYkAiJ3WT7t0mLzaBv0UlzCSCuW2+EvqjNZRQB71pABc8uaDvOppgHym3RXeEwlYCzy0fla0fEm6g06JbWLSIMzB96v679NOQAXRaVxyyUyr2zkvqzllbHOqEHcAkGeP9hfuKyUVSHOJ6jUQZ9DO/Fc8nzFjXknVPUb+Ss6uMc67AWkc4g+5R6ObTvRwAa3jEbEk/O6jVcOw1AeOkgR71Mo43U24grkI0vcTdokfRcbOwhmSRQvMOMXgmJ25LVdh8hxP2Yw/ue8L3wwDcnS0nVw0tBj+IrJL1XBY/ThqAYwvc5lMQOUCTe23NR09mE1+Ta8zThVy9cYKDPsXVweF0OcHPLoaeO27usz/AHtzZl2IrYMvL3tfUY0N0uENj8QGx1dZsVy7aPq1A2cHV0RchwMHa8Gfcu/YvN6zsK9lam9ppGGPcI1Ni24uQbe5MRk0smPt4MTmOTspEnE0w50X+8I4ARDQJMyZnisJ2g06g5lMMaZES4/MrY9p8WalZ0klUuJwgqNAPAyrq5erKbYcYRnaOWE6ZMFwkDjH9/NaLsTR0ir/ADNHwJ+qgYsA1NcwGbDnG5PIBX3Zdp7jURBe5zvTYfAKvVy/l/cf8NUnqk16Jv8Ab9y3XA0GmZaXFoEDURI9CpOm08EbVDW6tQDiQ1ocQNRJs0cyVn0T2y+5reXtonDY5e9EhYSm19hTdTjiHOkeV/opgp90bOc6b+LgduA6ri7NHNP3lMtM8VJDH1NhHn+iasz6mHCSZwzGv4HuBiGOPkACZUTsp9qxVE1qkv8AEWNNhYAF0C3HjzHRXFfKtVGpTvL2OBMSbg39N/RafCNpspNp0wA1jQ1rRwA2n5zxmUrZYow247ZON86bVZH0MhUYWkgggjgV8rS5tgxU0zZw49OR+ar3ZI7g9p87JVWLHJ6GjytE4pzeH+Ssp1C0yLEbLSVq4pAaBIcAfesyrTLq3gINy24nkndPPD2lXl6N0FYvT/gq8ywza9WasMEwAPad6qL2yyinRFNrbS2SFIoV6QqmpVqw9t2NiQDwJHHyVBnWavrVPG4OMRO3uWlFPJ5ebjgp20YU3CYJ1RzIvpcCT0C5MWjyehpZJ3df04KGot2QyM+N0nt70n0uWTalcMY5xbqgtIExcSRPSVocJTFRswQHN1R6BxHkqOhRa86Hey7cc4v9FeUqha4XiwE+gB/vqslNcGz5CH81/UqMyw1WwAoweZdI9QRe2yl5LrDw2fDeJJIt+qvPsjTd0L6wtIGpLQNMACOQv9U4p8JGV7P3slfnNeq0kMm3I79QomX5vUPhqUqgItq1BwPuuB6LSjDtdYgSVzbljWS4qzPBXt57K4gwNxErpgGsazQS0OIJMbn6r4xlSCumLcG0w4i7Wkg9SAIVcZdlsa8yS9TJZpRArS3YGPl/qu2YOd3RcATA2HFcXXX43GAiOIsR1UK57hjyWl9hNSXTX6o75Q0O/wB7SmAYJM8Led/gp2Me5shr2Pd+XS4HnvsoGFw/5QLq4oUSANUeitbRm/n9D4ws6biDxULMn+KOSk4l5nS3c/Dqq3GS2tUpPBa9hAIO8EAtcOYIM+9UWZ25Ro+K2vUrL9Hg+F6T2XqmphaZYQHtBaZ6Tv6QvNledls8+zvh3+G7fofzKuqe1m35LTu6r3e1yaDtFisWKftUbfhAdKruzAxNRtQ13NFOPCBIJI334LTZpnOGawvLmkRY2K82zPtidThTFiCB0T2co8v+CNnFKm1hi73PdfpwVKCuNXEE3cZKjOxY24ngpxyRkkVNcVK1cYdmz6gAAHMi56Xlet08jpUGNaJdpAF9rW2Cx/YjCURjm1Krw14Y5zWnYnaZ4Q2fNd+2Hap736KVmcbwTtcxsL/FKamNl9saocJLLCiU6oznuwuv8IsO0mb0qDPFGrgwb+7gOqhfs+ys4rFMxFaXNlwYOAAa4ucByBho6l3ESsvhcCK1dtNj/HUngI2lxubw2TvJhey9mMtbTrMa2BTos0A2kkjxX6w34pqmmNElFct9/YSlJyzIj5v2U1Omm4byA7h6gXXXB9n3WBc0dRf3bLYVMH4hxEr7o4NrRAA9wHyTs9NW30RhqZpEDCZdSpMdA3B1E7kcR0C8kz11Wk/DYmmBLaeiSDBkBwa/axv6+i9kxtKYYOO8clh+0mStdQr0YOnSS20x+JhESd7C0lLahKOHjhcf3J1ycs57ZmsD24Y61ZukjdzbtmJNjfnYTstHh83ouaCKrPUgH3OuF466jAfM6RA4TBHhPymOSm06rgBos2BFulz4gTul7fHVT+Hg5G1rs3uXZbVru00qbnnoLDzOwWxd2TdhcJUdUc01HOZYbNibTxmVv8K1oOljQ1gFoED0XPP8H32HqMG5bbzFx8QrqtIq3l8s0tb5mzUR2JYj+p/P+NwTaepxaxxMkl2//wCrL4mm0knY9FqM0dLiHb3kcjxCz2IAHC6viIS6PzLKIc5rSdzC1z6RbYiFlMmol1YdLreVqe3yU56FaiGU8NF+i8t/A2Yccxffz/BXU3kEEbhWTHEsYdzH6qmzWnWbei1rhxBkkeUbr77MZl3mtjvaYbjoZj4g/BY92ktq+NG3d5PTarCq7+36F/i3PezSDAi8KRl+ahhawtMiwgEr8xFBxE0i0H+IEjysQVwo1MU0+KjRcOYcR8wp1rlCMpdl3UoF4k+HiINx15eiiOxjwNLhJ28+q/KNTFOIBbTY3nJPwlSi2191bNcFUW+iqxTrGVCzXMhUY1rQQBEz8Aofa7ORQYSBJJ0gTG+/wBXnuM7Q1n21aBybb47qCpnNcdDFOs0+ne6zLkukv3NnjMUyk3U92kfPoFAw9UYgVKtEH7stDrRMzfy2WIr4hzzLnFx5kytz+ySqDVrUz+JrT7tQPzCur0sYct8i2u8zPUrYo4j+pIw2LqDYFWWHr1nWWjxfZUiX0YjcsJiOcE8OhV52Z7MSBUrC24Zz5F3ToouDzjAkrI4zkidj+zZJFar7O7QfxHn/AC/NZD9seI7vH0XsgP7kB3UanEA9Lle2VGwIC/n/APaQXYnMqraYLhSa1rjwbxJJ5eIJiqCSeSj2kt6lHtdEPBZ7TfZ3gPXb3/qrQFQ8w7KUqNHXrNUw286aZLtmtIBJMX9FZPoUcFSGksNSoQGtqEgUpF3O1H2RvMApCyupv+Wz0ul8vfFYvjn69P8AwdPsIqVBh3RrdT1tFxB9rSb76brOYrLXscW6DYqRVzMMxeGxLXF7RUadRkFzS3S4mehO69azjD06VGpiTpLGsLzDfEREx6qyOVFCFt26xyfryeKUMsq1qjaTYaXGJcYA6n9FzzLJ8PTeW0qpqPaYdqEXFjpsCL+a65ln1etV1NinTIuy2mOIJ4nrv5bKpq1IIIMcWmLEGb/3xTEVL5/79RabT5JNGnVe4imJdxP5QALmOH6qRi+zlYgPAtYl14cLmQRYyStl2Oq0qdBo7pz69YiJaQKhA9kE7MbMkxFlaMw5w5qtgPqPgiCGsaY8YA2YwQPEdyTyKXlqpRk0l0d9ipLkyv7McENVSqZ1MlpEQQSZM2nYDjxXrj8GWU6U+0AXO9bken0WR+2U6ADn6TUcdT20wXBx4mBLgIABcQNh5LV5V2loYrQ6k68mWmx5THEdQr6ZK1yb7eELWRcMJH3g8yNw5pAaYPQ226GV9YXMng1NbRDXHTpOw/ikCDcWGrffgoecYUmqAxjTMQJLQDEX0i7d52Ut2UMZDpOqInc9QCdhYDn1Vy9rHhehV7j5+Z2w+Je8khl9rmNPvG6g9oqIDmG0FpFyAPD1dYCDe4MW4q/o0w0ADYKu7R0ZpauLCD8x9fgp3VN0tPvs5Cfvo/nLOMEaNas0WDaxGmws72QIm2kzHD0UOarLMdDeFx9Vq+3uDZ9qDjGl7JOxuJbw3ENHrKzrcHWIlokcNiuVy3QTOyi1JpH9cUTPuVdnGf0aFidTvyj6nglYucwhri0xuFicZgSHw5NQqUnyLSm0uDLdp8tdWqmtRbIfcsHtNd+IRxHG3NZitk9dxgUnA9RHzXpf2fSZFl+454ADj4ncB9T0U3Qm8nVe0sGIwGWfZgeNQi54N6DmpuGruIh9+R+imVKZMk3JNyvgULpmEdvCF5S3cs+WuXKnQaHl4ADiIJi54hd8Q2LL9ot39EWRjNbZLKO1ylB7ovkn4PEg+F1j8+answwP4isfjMYGubJgkmOvNSqOKriwLSOu/wAF5++pVWuMej0FFrsqUpdmvFMNF3EqsxWZM2BnyVW+rWdYu34AR8ZXTCYdrXtBgu3tsANz/f0XI173gJz2rJ5t2lxRq1nl14cWgcoMfMKoNEHopeKq6yX/AJiXe8z9VH0p1RxwZsnu5ZxdhXcL+S1/7KGkYx0iPu/qFnKblKw+Jcw6mOLTzaSD7whxI4TN9+0jMqri2iHPbScHeBgE1CNN3EkWE2H+kXv7NMXj6NJge1jsOGgNbql3UtdJAiNtjPBZ9mYd5RaX1oqNpQ5xDSXOfJAuOTQLcwVvOzmZNrYelpGnSAwjaNI4TwIgz+ii454ItmgzLO2hoFMS5w42Df5uM9AsrRpspN79waC54J0tiT4u8MnxOkHjawUzNcIXFj2kglxE8rHQf+oAf1LPuzFlSowO+8GidI3kmPfuPfvKXnV7XKzwi1XKpLjln1g8NSqYpveO+6w7AKTf4jcvjpsPJfPavso7FACgbF3je82A8JIbbi6Nv+H1Kt8PgWmppdQ7tjmNdq2I4QbDaCpVJ8OgOGm4nccYdyhUWU4bnB8othqZJxUunx6nnefdkX0KdCkBqeKbiQL6ocXEjqA7bl5KF2j7XVfstPC3Ghv3hky4xGk/wjiOfktV2kzAlpqurltSlenAEOBGm0DjIusZlHZYYqXvqCiyIa431niY4jmVGqWObBxyzD3eyNleRvxDdUEMA1OdO/5GDq4n0F16V2f7IYYNoVbOfSa4Oj2dRFyREQ0lx5XVP2awLnu7hlfVTw7HnU1sNcQYAIdewP1G6kuxNXuHmm+G+Jsc3Fu9gSfLodlVdOTeEwT3YwjrTwmHw5fiWSG0z3WHY0zqMgHTM+04xbqprMEGsdWxI1uaZN/bqGwawG1idDSdoJG5Kx3Zek7EPqODjpwlJ5ZESahBg+W59ytc0xlZ9CmWvGilVc2+5cGiXTEeESPV3JQ9jJPvklKyOMehOdW7mlWdVaC+xc5rgQWu1d22XGQGgARJN53JWQwPaTRV+0OlxY8nwi2gCCwDY+fRc6uVVqze+rP+7dUOljd3nifIRE7lcM7pUwe7c4NDBZlO8HkTtxiLpmuEYyz2/oVSbaaPeadVr2sqMMtcGuB5giQfcVwweLFYgtnSJ3BGxi88f0WA7EZtV+yOoh5+6bLObQIdpk8IJHoFpKWYO+ysc0nvajoJG9v7H/UtfdvSwZrW1s1q44unqY5vMELP183f9lYWuPeOdpkb23PqI9651sY8VTTq1n0w1oAIHtG1yRzupvD4Io82/aRQcaVN7TI1OadtnQ4HnMs9xKxeDY8t9oiDETHI/VendsKB+y1hr1lhLmkcdJ1gzsLAdb8V5dXDpBDSQRN5+jkjp+IuPyeBi3vd8z+qXGHEc1FxGGDt+ilVnbFfM2K0EJlRm+DaxgI3Kz+LpSfQLV5s3UxvQlR6OFaQGwLiSePCB0V0JYXJXKOXwZWphYEwvilQ3PALXZ3h26GBo5+qocXR0NjiVZGeUQawZ6sJcV94YWd5KLjscAdLQCeJ4KM3NSGkEC43UmCIOYU6FSmWVHFtQvb3JAJOqSIIaPZMwfMcYX7lRr0vBVb7J9oEG3UAyPUBScpy9teSXODmOa5rm2I3/RTsVgnVK7WsrPLzdxMSAIk7b7DzSd2njY8sbp1EquEdqPivNuJ4DzPDy3XPA5xhhiDhg5z6zw6XxDBAkUx/TO0jrJV9TyxjRJEx/ZPn1WS7VZODrxVLw1aLmvaeB0kSCo1aZQWV2St1Lm8eh5+9kAt/KY91l8tbKkVKmtznRGpznRykkx8Vy0wVS+yS6OOy6NK+qjJ81yplBw1OWmaTXupnTJaDO7gIB9//AGrddlqtVld9J4BDady0E7lr2bDk8j1XleFr62tpPrllNpe4NEWOlxkcZn5mF7D2Dy99BjDW197WAc97zOkANc1g4+yDJOxIF4VF1myPPZ2utzlwW9XMWua47tdp24AmPfx/pWcy14w+KZLdfdtrBwbuQ52prwPJ4MeakZ7gfsorVAXaH16D2tOzAXkVGg8iXz0BA2C49kKpNUve6RqfT8QHs7tmeDZj0Sn8RGvOVwxqWllNJrho0LMXR+169b3agBBBhojXsephVeMwZqsqWLaQe+CDBNyA0BSs9fTw7hWhpa5rS3iHOFtHWQR8VwfX75zGsadY8JIMi51EugQBJJE8/fCy/wBx7E+eCNWnblFzawuTP9q8E8/ZsGW026nMmoCZIlrGhxMm5d8Oisc8yh2HYHNa17W0wwDUWlhsxuiOvXiuvaDJqlXGatZ7rQNPNtRpc2mW8RGvV5hWOMeamNoYd0kMp97U5OI9iOfjbP8ASlXZwtr+rG1H59FV2eyl+GplrgAXNLXAGTrdoLp6AEfBU2YY40qZw2hxLiQHtF9RBbaeG142nkrjPe1dLC1iHtc7QTJaBBceJuN3m54Qskc5OJxLdOrvH1DpPhAbAIOrUY0hvBThGUm5NZQYSX1O7spr4ahSFFwFRz4DmkSe8EPaeJGwg9PNT83y006bMO1zWUWFzqri+xLjxPHifU81dZblTWsa+tV1CiHvc8i2p7QJHCGsiI4n312X9mH1g6vjBpY5xqU8Pfjph1W/5QAGbDjyUva8cvr6HNqz0UHaTOhiNLaQFHD0xAquEPqDaKQ30X9eJ4LN1atMk9w1xAElz+nE8BcbK/znAVa2Ie6oSWNjxn2KbTBgTAH8rZ+ao8WWB2iifu58XNx3m3yTVaisKJBpvlm2/Zri363tfpDajATG9iB7vFC2mVZS9lVpJHdsc4tvzsLeg9y897HYYfaaDG3DiWjyILjx2ET7l6rhMic0P1VS8uJMuFxLXNix6z7+ae0zzETvWGV9DJHisCS3umvLwJ5xFvRvuXfNKdd2pmik9pnS4m7Qdt+Pkpzsu031wRtbowc/4JUP7GZ8LrS2LcG+yN/L3JhlCMnjsBHeUXEHwTzHiGwEdDvbdeL121aZDXOMxz24R8F7jmFE0qxaXSO7abauEtNmeI7iwn438n7Q1hRxFSn3YIDiQSIkHxDjsJj0SUfdukvsxhvMEz+kHew30X7T9n0KItATI+O/w/ev3D8P5f0RFJEGdKn+783fNZ7tN7FT1+a/UXYAzzPDcfL6lfmM9lEV76IosOzW9T+n6qwyn96qf5Y+YRElP1NOj4EXlTZVGafu9XyKIiPRyXZ5lV2Pn9VHciKhEJ/EDt6KPRRF0iy4yn2sN/8AL/8ArX9A4/al5f8ArKIktT1/cY03ZE7Z/uD/APL/AEWIwP7pW/5n/iiJPUf/AD90PV/C/wAm1f8A4+F/yj86Su3berfqvxEvd8IvHsrsT7Lf8xqpsy/2hS/mpf8AsRFXpvj/AA/+C+z4TzLt/wD41b+r6KDlf+DU/v8ACiLUp/pRIWfG/seoV/3Oh/n4X/1q+zr2PT6FEWbb8X5LI9Iy2df7Nxn8h+S8kwntN8m/NyItHQ/A/v8AsL3/ANRfY9B/Z/8Av+F/5n/YV7SURaGk+AT1PxL7FfjV+UtkRMsp9DKZr+/Uv8v/AM6a8Y7Y/vdT+n/tCIkp/wDsP7F8f6Z//9k=
Sebuah perusahaan Korea Selatan yang disebut Cheong Am America, Inc menyumbangkan US$ 250.000. Sebuah acara di sebuah kuil Buddha mengumpulkan US$ 140,000. Sebuah pasangan Indonesia memberikan US$ 425.000 kepada DNC. Pada Juli 1996, dalam acara pengumpulan dana untuk Clinton di Los Angeles, Huang meraih setengah juta dolar AS.

Presiden Clinton berterima kasih secara terbuka dan mengakui kesuksesan John Huang di DNC. “Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman lama saya, John Huang, untuk menjadi sangat efektif. Terus terang, ia telah menjadi begitu efektif. Saya apresiasi kepada Anda semua agar memberi pujian untuk Huang malam ini,” kata Clinton memuji Huang. Dalam waktu singkat dan tanpa pengalaman substansial di daerah penggalangan dana politik, Huang telah meraih beberapa juta dolar AS.

Keterlibatan James Riady, Antony Salim, dan para konglomerat Cina Indonesia sebagai otak di balik kemenangan Jokowi Widodo (Jokowi) dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 lalu dimulai saat Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP, menyetujui Jokowi diusung PDIP sebagai calon Gubernur DKI Jakarta menggantikan Mayor Jenderal TNI (Purn) Adang Ruchiatna, yang semula diunggulkan.

Jokowi semula direncanakan maju sebagai calon Gubernur Jawa Tengah bersaing dengan Bibit Waluyo yang kembali diusung Partai Demokrat. Persiapan untuk pencalonan Jokowi sebagai calon Gubernur Jawa Tengah sudah lama dilakukan, terutama melalui pencitraan-pencitraan Jokowi yang dipublikasikan luas dan masif oleh media-media dan akun-akun di sosial media. Pada tahap awal ini, ada peran besar konglomerat Edward Suryajaya (anak pendiri Astra, konglomerat Indonesia, William Suryajaya), Lukminto (pengusaha pemilik PT Sritex Solo), Imelda Tio (pengusaha properti dan pemilik Paragon/Grup Sun Motor).

Hubungan keluarga antara Edward Suryajaya dengan James Riady mengantarkan nasib Jokowi ke tangan kelompok James Riady. Setelah terjadi perubahan terhadap rencana Jokowi tadi, James Riady mempersiapkan sebuah rencana besar: Jokowi akan diplot sebagai calon presiden setelah memenangkan Pilkada DKI Jakarta. Tim besar untuk pemenangan Jokowi di Pilkada DKI Jakarta sekaligus di pemilihan Presiden Indonesia pada Juli 2014 dibentuk.

Tidak tanggung-tanggung, James Riady mengonsolidasikan kekuatan untuk memenangkan Jokowi di Pilkada DKI Jakarta 2012 dan Pemilihan Presiden 2014. Stanley Benhard Greenberg, teman karibnya di Arkansas Connection, diminta terlibat penuh mendukung Jokowi sebagai Presiden Indonesia.

Pembentukan Jaringan Sosial Media Volunteer (Jasmev) dipimpin Kartika Djoemadi, seorang paktisi “spin doctor” atau pemutar isu di dunia maya. Ribuan tenaga honorer direkrut khusus untuk bertugas menjalankan puluhan ribu akun di sosial media (Facebook, Twitter, dan lain – lain).

Di luar Jasmev yang bekerja 24 jam, dengan tiga shift itu, James Riady dan teman-temannya juga mengonsolidasikan kekuatan jaringan media yang mereka miliki serta menyewa (kontrak) media-media lain untuk membantu pembentukan citra dan elektabilitas Jokowi, mulai dari Pilkada DKI Jakarta sampai Pemilihan Presiden 2014. Semua disusun secara rapi dan canggih sehingga berhasil membentuk opini dan persepsi palsu seolah-olah Jokowi adalah calon pemimpin terbaik yang dimiliki Indonesia.

James Riady dan Antony Salim selaku “mastermind” di balik pencapresan Jokowi ini belum diketahui maksud dan tujuannya. Diduga, mereka ingin menciptakan presiden boneka yang berada di bawah kendali mereka.

Untuk jaringan militer (TNI) dan purnawairawan TNI, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal TNI (Purn) Abdul Mahmud Hendro Priyono, Jenderal Luhut Panjaitan (mantan Menteri Perindustrian dan Dankodiklat TNI AD), Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar (mantan Menteri Perhubungan dan Ketum PSSI), dan sejumlah purnawirawan jenderal lain direkrut untuk membantu kemenangan Jokowi.
Untuk pembiayaan rencana mereka memenangkan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Indonesia, semua sumber daya mayoritas konglomerat Cina Indonesia, konglomerat-konglomerat buronan kasus korupsi Bantuan Likuidasi Bank Indonesia (BLBI), bantuan dari China Connection dan Arkansas Connection dipadukan untuk menyokong rencana besar itu. Termasuk bantuan dana dari perusahaan besar (konglomerasi) yang sering dikumpulkan, di antaranya melalui pertemuan rahasia sekitar 50 pengusaha besar 

Cina di Panini Cafe, Setiabudi Building, Jakarta Selatan, pada pertengahan September 2012 lalu.
Sebagai konglomerat Indonesia, pemilik Grup Lippo dan Grup First Media, upaya James Riady menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI bukan hal yang mustahil, bahkan bukan hal yang sulit. Kiprahnya dalam tim sukses Bill Clinton pada pemilihan Presiden AS tahun 1992 dan 1995 serta hubungan khususnya dengan para elite AS menjadi modal besar sangat berguna bagi rencana besarnya menjadikan Jokowi sebagai Presiden RI.

Rencana mayoritas konglomerat Tionghoa Indonesia yang dikoordinasi oleh James Riady untuk mendudukan Jokowi sebagai Presiden Indonesia bukan tanpa halangan. Perhimpunan Masyarakat Tionghoa Indonesia (INTI) menolak bergabung dengan kelompok James Riady karena mempertimbangkan potensi bahaya besar yang akan terjadi jika Jokowi dipaksakan menjadi presiden: dikhawatirkan mayoritas rakyat Indonesia ketika menyadari konspirasi ini akan marah besar dan berbalik memusuhi kelompok minoritas yang dituding sebagai dalang dari penciptaan Jokowi sebagai presiden boneka. INTI menyadari betapa besar bahaya dari konspirasi politik yang dimainkan mayoritas konglomerat Tionghoa jika rakyat Indonesia pada akhirnya tidak dapat menerima perbuatan kelompok James Riady yang dianggap telah menginjak-injak kedaulatan bangsa Indonesia.

Mereka inilah yang dijuluki Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai penumpang gelap di Pilkada DKI Jakarta pada tahun 2012 lalu. Julukan itu dinilai sangat tepat karena mereka mendompleng figur Jokowi, yang merupakan kader PDIP, untuk menggapai tujuan pribadi dan golongan mereka di Indonesia.

Demi mendorong popularitas Gubernur DKI Jakarta sampai ke titik tertinggi, segala cara dilakukan oleh Stanley Bernard ‘Stan’ Greenberg, konsultan politik, pollster, ahli strategi pemenangan pemilu – pilpres nomor wahid di dunia, yang ternyata terbukti selama ini bertindak sebagai ‘sutradara atau otak’ di balik rekayasa pencitraan dan melambungnya popularitas Jokowi selama dua tahun terakhir.

Dengan berdalih menampilkan hasil penelitiannya, Stan Greenberg, Ketua Korps Demokrat Amerika Serikat (AS), sahabat karib konglomerat Indonesia James Riady yang keduanya juga adalah anggota elit Arkansas Connection, sebuah organisasi yang sangat berpengaruh di AS, berusaha menipu menipu publik Indonesia dengan mempromosikan Jokowi berkedok hasil penelitian lembaga penelitiannya.

Stan Greenberg mengatakan elektabilitas Jokowi medio September 2013 adalah sebesar 68 %, sedangkan PDIP meraih elektabilitas 28 %. Greenberg seolah – olah mendapatkan kesimpulan penelitian, bahwa alasan responden memilih Jokowi adalah karena Jokowi tokoh yang jujur dan dapat dipercaya.

Menurut lembaga survei dan konsultan politik yang dikendalikan Partai Demokrat AS itu, posisi elektabilitas kedua tertinggi setelah Jokowi adalah Prabowo Subianto (PS) 15 % dan Aburizal Bakrie (ARB) 11 %. Sedang elektablilitas parpol, setelah PDIP, disusul Golkar 18 %, Gerindra dan Demokrat yang sama – sama raih 10%.

Prof Dr Iberamsyah, Guru Besar Universitas Indonesia (UI) yang mengikuti presentasi tersebut beberapa bulan lalu, mengatakan hasil survei tidak terlalu mengagetkan, karena sudah tercermin dari hasil sejumlah lembaga survei selama ini. Ketika itu, posisi Stan Greenberg belum diketahui publik sebagai konsultan politik dan otak rekayasa popularitas dan elektabilitas palsu untuk Jokowi.
“Presentasi pekan lalu, tidak dilaksanakan secara terbuka, karena survey ini merupakan pesanan sebuah lembaga, bukan inisiatif Stan Greenberg,” ujar Iberamsyah pada akhir September 2013 lalu.

Persoalan yang mencuat saat ini adalah keraguan masyarakat luas terhadap seluruh hasil survey, polling atau jajak pendapat bilamana terkait dengan Jokowi. Runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga survey yang menilai Jokowi disebabkan oleh fakta bahwa Stan Greenberg sudah diketahui masyarakat luas sebagai dalang dari seluruh rekayasa popularitas dan elektabilitas Jokowi.

Semua hasil survey, polling, jajak pendapat dan penilaian terhadap Jokowi adalah palsu belaka (hasil rekayasa) dan diragukan keabsahannya. Masyarakat menilai, pengumuman hasil survey, polling, jajak pendapat dan lain lain terhadap Jokowi hanyalah merupakan hasil rekayasa (dibuat – buat) untuk menggiring opini dan membentuk persepsi publik seputar kehebatan Jokowi.

Di samping itu, fakta mengenai kinerja Jokowi yang buruk, tercermin dari kegagalan Jokowi menyerap anggaran APBD secara maksimal (hanya 55%, terendah dari seluruh propinsi di Indonesia), mandeknya program – program pembangunan daerah, serta ketidakmampuan Jokowi memenuhi janji – janji kampaye yang diucapkannya pada saat Pilkada tahun 2012 lalu.

Bencana banjir besar di Jakarta dan kemacetan lalu lintas yang semakin parah, menyebabkan penilaian rakyat Jakarta semakin negatip terhadap kinerja Jokowi. Hasilnya, popularitas Jokowi di tengah – tengah masyarakat semakin tenggelam.

Sementara itu Ketua Umum PDIP, melalui tayangan ‘Mata Najwa’ di Metro TV Rabu (22/1), menegaskan PDIP tidak akan mencalonkan Jokowi sebagai calon presiden dan memintanya untuk fokus menyelesaikan tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta selama lima tahun penuh.

Sebuah blog Intelijen yang ditulis oleh Senopati Wirang mencoba memberikan bantahan terhadap keterlibatan tokoh Yahudi Kiri Liberal Stanley Bernhad Greenberg dalam merekayasa pembentukan citra palsu, peningkatan popularitas dan elektabilitas Jokowi. Berikut ini tanggapan terhadap argumentasi Senopati Wirang.

Tanggapan pertama mengenai konfirmasi keterlibatan Kantor Greenberg Quinlan Rosner Research yang menurut Senopati Wirang tidak ada catatan atau konfirmasi bahwa kantor konsultan Greenberg itu terlibat, digunakan atau disewa oleh Jokowi atau pun tim Jokowi. Wirang bahkan sampai mencantumkan nomor telpon kantor Greenberg jika ada pihak tertentu ingin menanyakan perihal hal tersebut.

Bagi siapa pun yang membaca penjelasan Wirang itu tentu ada rasa geli di dalam hati. Bagaimana mungkin keterlibatan kantor Greenberg Quinlan Rosner Research dalam merekayasa citra palsu Jokowi akan diumumkan secara terbuka. Sebaliknya, keterlibatan Greenberg sedapat mungkin dirahasiakan. Kenapa ? Pertama, karena Greenberg dikenal luas sebagai sosok Yahudi kiri liberal. Frase / kata ‘Yahudi’ saja sudah menimbulkan alergi antipati mayoritas rakyat Indonesia, apalagi paham kiri liberal yang dianut Greenberg, pasti menimbulkan reaksi negatif yang luar biasa dari rakyat Indonesia dan berdampak antipati rakyat terhadap Jokowi, figur yang dibantu Greenberg pencitraan dan kemenangannya.

Sosok Greenberg sebagai konsultan politik yang berhasil mengubah persepsi rakyat Amerika Serikat (AS) dan militer AS, dari yang semula menentang Lesbian, Gay, Transgender dan Biseksual (LGBT) menjadi berbalik mendukung LGBT merupakan tokoh yang dianggap sebagai perusak nilai – nilai agama dan budaya luhur yang menjunjung tinggi kodrat kemanusiaan. Greenberg adalah pahlawan bagi kelompok lesbian, gay, transgender dan biseksual, yang kini mendapat tempat seluas – luasnya di AS dan militer AS.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia yang mengetahui sepak terjang Greenberg dalam mengubah persepsi dan perilaku manusia melalui pembentukan opini publik, Greenberg tak ubahnya seperti bahaya laten komunis yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Tokoh kiri liberal yahudi ini merusak nilai – nilai agamis pancasilais yang menjadi dasar hidup rakyat dan bangsa Indonesia.

Keterlibatan Stanley Greenberg dalam pencitraan palsu Jokowi adalah bersifat sangat rahasia dan pasti tidak akan diakui secara resmi. Namun, jejak Greenberg dalam setiap pencitraan Jokowi (termasuk Ahok) dapat dibuktikan dengan ketelitian dan kecermatan kita menganalisa metode dan strategi pencitraan yang ditampilkan Jokowi (dan ahok).

Jejak pertama keterlibatan Stanley Greenberg pada rekayasa citra Jokowi adalah keikutsertaan / nominasi Jokowi di seleksi walikota terbaik dunia melalui The Mayors Foundation. Lembaga ini dipilih sebagai salah satu cara mengorbitkan nama Jokowi karena tidak memerlukan persyaratan atau kriteria yang rumit. Siapa saja bisa diajukan sebagai nomine dan siapa saja bisa memberikan suara dukungan (vote) secara online. Lebih mudah Jokowi menang di The Mayors Foundation daripada peserta Indonesian Idol atau acara idol – idolan lain. Cukup dengan mengerahkan ratusan sampai ribuan orang yang dibayar murah untuk berikan suara dukungan / pilihan untuk Jokowi melalui online.

Keikutsertaan Jokowi diseleksi di Mayors Faoundation itu kemudian dieksploitasi habis – habisan oleh media – media nasional dan lokal yang sudah merupakan bagian dari tim pencitraan Jokowi. Tidak ketinggalan media luar negeri yang merupakan jaringan Stan Greenberg atau James Riady cs untuk memberikan apreasiasi, liputan luas dan testimoni – testimoni yang sangat kental kebohongannya.

Jejak kedua dapat dilihat dari aktifitas Jokowi sehari – hari yang lebih banyak ditujukan atau untuk kepentingan pencitraan diri Jokowi dengan liputan media secara masif dan kontiniu. Semua gerak langkah, tingkah laku, perbuatan, dan seterusnya dimuat tanpa henti oleh media. Kegiatan – kegiatan Jokowi ini dikombinasi dengan program – program populis yang dibiayai APBD tapi lebih merupakan program untuk kepentingan pencitraan Jokowi daripada kepentingan umum / rakyat. Mulai dari acara pesta sambut tahun baru, ulang tahun Jakarta, konser Metalica, festival keraton sedunia dan seterusnya hingga kedatangan – kedatangan selebriti dunia yang khusus diundang untuk memberikan bobot pencitraan Jokowi. Persis konsepnya dengan konsep Stan Greenberg ketika mengorbitkan Clinton sebagai capres AS pada tahun 1991 – 1992.

Jejak ketiga adalah pola pembagian tugas antara Jokowi dan Ahok. Jokowi sibuk pencitraan sesuai arahan Stan Greenberg, Ahok diarahkan untuk mengubah nilai – nilai agamis dan Pancasilais menjadi kiri liberal sekuler sesuai dengan tujuan mereka untuk memberikan ruang yang lebih besar di kalangan rakyat Indonesia bagi kelompok non muslim dan sekuler menjadi pemimpin negara. Pernyataan – pernyataan dan kebijakan – kebijakan Ahok yang memancing konflik sosial dan polemik sosial itu dilakukan secara sistematis : mempertentangkan agama dengan konstitusi, menghina Muhammadiyah, melecehkan betawi dan FPI, menempatkan Susan yang murtad sebagai Lurah di Lenteng Agung yang dikenal sebagai basis muslim tradisional dan seterusnya. Tugas khusus Ahok sesuai arahan Greenberg adalah agent of change utk nilai – nilai islam dan pancasila menjadi nilai -nilai sekuler. Ahok tidak perlu pencitraan diri dan mengejar kekuasaan karena jika Jokowi menjadi Presiden RI secara otomatis Ahok akan menjadi Gubernur DKI. Kemenangan bagi kubu James Riady cs yang dibantu penuh Greenberg. Dan kehancuran total untuk rakyat Indonesia.

Jejak keempat Stan Greenberg terlihat dari kunjungan – kunjungan para tokoh menemui Jokowi yang masih merupakan jaringan Greenberg seperti Evan Greenberg yang berkunjung ke Jakarta Juli 2013 lalu mengatasnamakan Ketua Perdagangan AS – Indonesia, lembaga yang sebelumnya tak pernah terdengar. Atau kedatangan Menlu Inggris ke Balaikota DKI temui Jokowi sambil menyelundupkan Duta Besar Israel untuk Singapura dalam rombongannya.

Jejak kelima Stan Greenberg adalah keanggotaannya di Arkansas Connection yang terkait erat dengan James Riady yang juga anggota Arkansas Connection. Paguyuban Arkansas Connection dikenal di AS sebagai sebuah kelompok yang memiliki pengaruh besar terhadap pemerintahaan Obama, dimana Bill dan Hilary Clinton sebagai tokoh utama Arkansas Connection sekaligus penasihat bagi presiden Obama.

Jejak keenam Stan Greenberg terlihat dari keterlibatannya dalam mengkoordinasi dan sinkronisasi jaringan media dalam dan luar negeri untuk pembentukan opini dan citra positif Jokowi dengan menampilkan kehebatan – kehebatan palsu Jokowi dan menutupi semua kelemahan – kelemahan dan kegagalan – kegagalan Jokowi. Penguasaan lebih 80% media massa nasional dan pembentukan kanal – kanal berita khusus Jokowi di Kompas, Detik dan seterusnya itu adalah bagian dari rencana besar Greenberg.

Jejak ketujuh Greenberg dapat dilihat pada atensinya secara pribadi yang besar terhadap sosok Jokowi. Greenberg konsultan politik dan ahli poling nomor satu dunia ini tanpa sungkan mempromosikan Jokowi yang ‘hanya’ seorang Gubernur Jakarta, ditengah – tengah kesibukannya yang luar biasa menangani ratusan politisi kelas dunia yang menjadi kliennya.

Peran Greenberg itu terlihat jelas ketika tanpa diketahui alasannya, Greenberg tiba – tiba menampilkan ‘hasil survey dan penelitiannya’ yang dimuat pertama sekali oleh media – media milik James Riady (First Media Grup). Greenberg tercatat sedikitnya tiga kali turun langsung mempromosikan Jokowi sebagai capres terkuat, capres terjujur, dan capres yang paling dapat diterima. Semua publikasi survey dan pendapat Greenberg itu bukanlah sesuatu kebetulan belaka melainkan erat hubungannya dengan posisinya sebagai otak dari tim pencitraan dan konsultan politik Jokowi bersama – sama rekannya sesama anggota kelompok elit Arkansas Connection, James Riady. (Raden Nuh)

Sumber :