Rabu, 12 Februari 2014

Muslimah~Filosofi Jawa



KEPERIBADIAN WANITA JAWA
 

Sebelum mengupas filosofi tentang perempuan atau wanita Jawa , ada baiknya kita kenal dulu apa arti kata perempuan atau wanita. Setidaknya ada empat term di Jawa yang digunakan untuk menyebut perempuan.

-Wadon

Berasal dari bahasa KawiWadu yang artinya kawula atau abdi. Secara istilah diartikan bahwa perempuan dititahkan di dunia ini sebagai abdi laki-laki.

- Wanita

Kata wanita tebentuk dari dua kata bahasa Jawa (kerata basa) Wani yang berarti berani dan Tata yang berarti teratur.Kerata basa ini mengandung dua pengertian yang berbeda. Pertama, Wani ditata yang artinya berani (mau) diatur dan yang kedua,Wani nata yang artinya berani mengatur. Pengertian kedua ini mengindikasikan bahwa perempuan juga perlu pendidikan yang tinggi untuk bisa memerankan dengan baik peran ini.

- Estri

Berasal dari bahasa KawiEstren yang berartipanjurung (pendorong). Seperti pepatah yang terkenal, Selalu ada wanita yang hebat di samping laki-laki yang hebat.

- Putri

Dalam peradaban tradisional Jawa, kata ini sering dibeberkan sebagai akronim dari kata-kata Putus tri perkawis, yang menunjuk kepada purna karya perempuan dalam kedudukannya sebagai putri. Perempuan dituntut untuk merealisasikan tiga kewajiban tiga kewajiban perempuan (tri perkawis). Baik kedudukannya sebagaiwadon,wanita, maupun estri.

Tetapi, sebagai perempuan ada yang tidak saya sukai dari kejawaan itu. Salah satunya adalah ketidaktegasan, bentukewoh-pekewoh wong Jowo yang dikenal penuh basa-basi. Apalagi dengan bagaimana perempuan dicitrakan dalam karya-karya sastra Jawa kuno. Saya memang bukan penikmat sastra jawa. Atau karena itu saya tidak bisa menangkap makna yang seharusnya ingin disampaikan. Misalnya dalam Kitab Clokantara disebutkan:

Tiga Ikang abener lakunya ring loka/ iwirnya/ ikang iwah/ ikang udwad/ ikang janmasri// yen katelu/ wilut gatinya// yadin pweka nang istri hana satya budhinya/ dadi ikang tunjung tumuwuh ring cila//

Artinya: Tiga yang tidak benar jalannya di bumi yaitu sungai, tanaman melata, dan wanita. Ketiganya berjalan berbelit-belit. Jika ada wanita yang lurus budinya akan ada bunga tunjung tumbuh di batu.

Jelas bagaimana wanita dicitrakan dalam kalimat tersebut. Bahwa wanita disamakan dengan sungai dan tanaman melata yang berbelit-belit. Dan adalah ketidakmungkinan wanita untuk bisa mempunyai pendirian. Karena tidak akan ada bunga tunjung yang tumbuh di batu.
Juga tentang bagaimana perempuan dibandingkan dengan laki-laki dalam Serat Paniti Sastra:

Wuwusekang wus ing ngelmi/ kaprawolu wanudyo lan priyo/ Ing kabisan myang kuwate/ tuwin wiwekanipun/..

Artinya: Katanya yang telah selesai menuntut ilmu, wanita hanya seperdelapan dibanding pria dalam hal kepandaian dan kekuatan serta kebijaksanaanya.

Jadi dalam kalimat di atas ada ketidaksetaraan antara pria dan wanita. Walau mungkin kenyataannya bisa jadi demikian, tapi menurutku wanita kudu diberi kesempatan sama dengan laki laki. Memang demikianlah adanya pandangan orang Jawa, aku hanya memberi gambaran, kalau sependapat boleh terima, tapi kalau mungkin tak sependapat ya jangan dipakai, cukup sebagai pengetahuan saja karena aku juga begitu.

Dalam kehidupan perempuan Jawa sering kita dengar istilah masak, macak, manak yang artinya pandai memasak, pandai berdandan atau bersolek, dan bisa memberi keturunan,… hehehehe,… sepertinya gak jauh jauh dari sumur, dapur, dan kasur,… masa iya sih sedangkal itu. Tapi setelah dipikir lagi ternyata amat dalam.

1. Masak

Wanita atau perempuan Jawa tidak sekadar membuat/mengolah makanan, melainkan memberi nutrisi dalam rumah tangga sehingga tercipta keluarga yang sehat. Dalam aktivitas memasak pula seorang wanita harus memiliki kemampuan meracik, menyatukan, dan mengkombinasikan berbagai bahan menjadi satu untuk menjadi sebuah makanan. Ini adalah wujud kasih sayang istri terhadap seluruh anggota keluarga. 

2.Macak 

Macak adalah bersolek atau berhias. Jangan dimaknai hanya sebagai aktivitas bersolek mempercantik diri. di dalamnya terkandung makna menghiasi atau memperindah bangunan rumah tangga. Juga mempercantik batinnya supaya memiliki sifat yang lemah lembut, ikhlas, penyayang, sabar dan mau bekerja keras.

3. Manak

Manak artinya melahirkan anak.Tidak semata proses bekerja sama dengan suami dalam membuat anak, mengandung dan melahirkan seorang buah hati. Akan tetapi mengurus, mendidik, dan membentuk karakteristik seorang anak hingga menjadi manusia seutuhnya.
Menurut Ronggowarsito sedikitnya ada 3 watak perempuan yang jadi pertimbangan laki laki ketika akan memilih, yaitu :

1. Watak Wedi, menyerah, pasrah, jangan suka mencela, membantah atau menolak pembicaraan

Lakukan perintah laki-laki dengan sepenuh hati.

2.Watak Gemi, tidak boros akan nafkah yang diberikan.

Banyak sedikit harus diterima dengan syukur. Menyimpan rahasia suami, tidak banyak berbicara yang tidak bermanfaat. Lebih lengkap lagi ada sebuah ungkapan, gemi nastiti ngati-ati. Kurang lebih artinya sama dengan penjelasan gemi diatas. Siapa laki-laki yang tidak mau mempunyai pasangan yang gemi?

3.Watak Gemati, penuh kasih.

Menjaga apa yang disenangi suami lengkap dengan alat-alat kesenangannya seperti menyediakan makanan, minuman, serta segala tindakan. Mungkin karena hal ini, banyak perempuan jawa relatif bisa memasak. Betul semua bisa beli,tetapi hasil masakan sendiri adalah sebuah bentuk kasih sayang seorang perempuan di rumah untuk suami (keluarga).

Aku rasa 3 sifat di atas ‘tidak hanya’ cocok diterapkan pada wanita Jawa. Kurasa semua laki laki dari suku manapun akan menyenangi wanita dengan karakter tersebut. Karena sekarang yang dilihat bukan asal suku nya, tetapi karakternya. Dan tidak semua perempuan Jawa punya karakter tersebut. Dari hasil pengamatanku pada perempuan sekelilingku ada 3 watak wanita jawa yang kutangkap yaitu :

1. Tangguh, pekerja keras dan pantang menyerah
2. Hemat dan mau hidup susah
3. Penurut, setia, lembut

Bagaimanapun aku perempuan Jawa, aku harus mengenal filosofinya, meski gak seluruhnya kutelan mentah dan kupakai begitu saja, tapi setidaknya bisa jadi pencerah . Atau paling tidak mengerem ketika aku jauh melenceng dari watak itu.

sumber:
http://nisyacin.blogdetik.com/tag/sifat-wanita-jawa/

Rabu, 05 Februari 2014

Sastra



LANGGAM JAWA
(Lirik)

Loro Bronto~Manthos

Yen kelingan mring sliramu, aduh..
Kadyo rinujid atiku,
Yen siang tansah katon ngalelo,
Dalu datan biso nendro..

Opo sliramu wis lali tenan,
Dek semono nate janji,
Nedyo arep urip bebarengan,
Bungah susah dilakoni..


Nanging aku ora ngiro,
Yen sliramu, bakal cidro
Bareng saiki wis mulyo, banjur.. kromo..
Ora nganggo, ora nganggo kondho, kondho..

Wis pestine lelakonku, aduh..
Aku mung kudu narimo,
Sopo kang biso, paring usodo
Nggonku nandang lorobronto..


reff :
Nanging aku ora ngiro,
Yen sliramu, bakal cidro
Bareng saiki wis mulyo, banjur.. kromo..
Ora nganggo, ora nganggo kondho, kondho..

Wis pestine lelakonku, aduh..
Aku mung kudu narimo,
Sopo kang biso, paring usodo
Nggonku nandang lorobronto..


Lagu Bengawan Sore – Manthous


Ning pinggiring bengawan
Tansah setyo ngenteni sliramu
Eling eling jamane semono
Wis ndungkap petung ketigo


Ning pinggiring bengawan
Saben saben mung tansah kelingan
Wus prasetyo ing janji kang suci
Ing lahir terusing ati


Sanadyan koyo ngopo manungso
Mung biso ngreko lan njongko
Gusti kang paring idi lan pesti
Kito sak dermo nglampahi


Ning pinggiring bengawan
Wayah sore tan soyo kelingan
Gawang gawang esemu cah ayu
Gawe sedihing atiku


sumber:


Ojo Lamis~Manthos

Ojo sok gampang
janji wong manis
yen to amung lamis
Becik aluwung prasojo nimas
ora agawe cuwo

Tansah ngugemi
tresnamu wingi
jebul amung lamis
koyo ngenteni thukuling jamur
ing mongso ketigo

Aku iki prasasat
loro tan antuk jampi
mbok ojo amung lamis
kang uwis dadine banjur didis

Akeh tulodo kang demen cidro
Uripe rekoso
milih sawiji ngendi kang suci
tanggung biso mukti

sumber:


Ali-Ali
Lgm. Ali Ali
Ciptaan : Gesang
Vokal : Sunyahni
Produksi : Dasa Studio


Ngagemo ali aliku pamrihe
Ojo lali marang aku
Nadyan kulo mboten melu, mbesu’e
Ngelingono lelabatku


Lamun embane saloko emane
Amung tansah ndamel cuwo
Niki embane koncono pamrihe
Tansah manggiyo raharjo


Yen nganti ilang mripate
Jarene nemai rubedo
Yen nganti dinggo wong seje, mbesu’e
Wis mongso bodowo


Pilihanku mripat biru pamrihe
Mresulis setio engkang warni
Yen takon isi atiku mbesu’e
Mersanono ali-aaaliiii…


reff :
Yen nganti ilang mripate
Jarene nemai rubedo
Yen nganti dinggo wong seje, mbesu’e
Wis mongso bodowo


Pilihanku mripat biru pamrihe
Mresulis setio engkang warni
Yen takon isi atiku mbesu’e
Mersanono ali-aaaliiii…


KUSUMANING ATI

Nurhana

Kusumaning ati, duh wong bagus, kang tak anti anti
Mung tekamu, biso gawe, tentrem ning atiku

Biyen nate janji, tak ugemi, ora bakal lali
Tur kelingan, jroning ati, sak bedahing bumi

Kadung koyo ngene, sak iki piye karepe, malah mirangake
Manis pambukane, kok pahit tibo mburine, pancen mangkelake

Amung pamujiku, mugo-mugo, rak ono rubedho
Sak pungkure, nggonmu lungo, ora kondo-kondo
Sumber:

Selasa, 04 Februari 2014

Tasawuf



OBAT KEGELISAHAN JIWA

(Kutipan~Surat Balasan Dari Imam Ghazali Untuk Salah Seorang Muridnya)
 

Suatu saat, murid ImamAl-Ghazali menulis surat kepada gurunya dengan harapan agar Al Imam Al Ghazali dapat membalasnya, memberi wasiat dan nasihat kepada dirinya.


Imam Al Ghazali dengan dengan tulus dan ikhlas hatinya telah membalas surat tersebut dan telah memasukkan beberapa saran yang cukup berguna buat muridnya juga kita. Nasihat tulus dari Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dinukilkan dalam surat kepada murid yang disayanginya

Nasihat Imam Al-Ghazali ini kemudian menjadi sebuah kitab bernama Ayyuhal Walad atau dikenal juga dengan nama Ar-Risalah Al-Waladiyyah.

Saya tuliskan beberapa nasihat indah dan mendalam yang diambil dari kitab Ayyuhal Walad Imam al-Ghazali:

“Ayyuhal Walad:

فمن كان يرجوا لقآء ربه فليعمل عملا صلحا

Artinya:

Maka siapa yang mengharap akan bertemu Tuhannya, maka hendaklah ia beramal akan amalan yang saleh.
(QS. Al-Kahfi [18]: 110).

“Ayyuhal Walad:

سهر العيون لغير وجهك ضائع وبكاؤهن لغير فقدك باطل

Artinya:

Tidur kalau bukan karena zat-Mu adalah sia-sia dan menangis kalau bukan karena kehilangan-Mu adalah tidak berguna.


“Ayyuhal Walad:

عش ما شئت فإنك ميت, وأحبب ما شئت فإنك مفارقه, واعمل ما شئت
 فإنك مجزي به

Artinya:

Hiduplah kamu sesuka hatimu karena engkau pasti akan mati dan cintailah apa saja yang kamu kehendaki karena engkau pasti akan berpisah dengannya dan buatlah apa saja yang kamu kehendaki karena engkau akan dibalas menurut amal perbuatanmu.

Inilah sebagian nasihat Imam Al-Ghazali yang terkandung dalam kitab tersebut Ayyuhal Walad.